Minggu, 26 Juli 2020

Betah Dengan Kebodohan

BETAH DENGAN KEBODOHAN

HERLIN VARIANI

Guru SDN 11 Padang Sibusuk / Pembina Assalam Kota Solok

 

Takdir kerap menjadi kambing hitam saat kegagalan menghampiri manusia. Bahkan dengan alasan takdir oknum-oknum yang memang malas dan tidak mau mengembangkan potensi diri terus berleha-leha. Merasa pantas berada diposisi terbawah dalam hidup karena berasumsi itu sudah takdir. Puas sebagai orang suruhan karena percaya itu takdir. Begitu kejamnya jika seperti itu cara berpikir kita. Apa dasar pemikiran yang telah membawa kita untuk melahirkan tuduhan-tuduhan seperti itu terhadap takdir? Mempersalahkan takdir atas semua yang dialami adalah sebuah kekeliruan fatal yang tidak berdasar. Pemikiran seperti ini akan mengakibatkan kemalasan dan keputusasaan bersemi di hati yang akan menghentikan mimpi-mimpi kita serta terbentuk pribadi yang tidak akan pernah bisa maju.

Kita semua terlahir dalam keadaan yang sama. Alih-alih membawa perhiasan, harta, segudang sertifikat tanah atau ijazah kesarjanaan, saat terlahir sehelai benangpun tak menempel ditubuh saat kita. Semuanya terlahir dalam keadaan sama. Tak ada manusia yang terlahir tiba-tiba sudah menyandang status sebagai bupati, walikota, presiden, gubernur, pencopet, tukang becak, siintelek, sibodoh, sikaya, simiskin dan lain sebagainya. Semua menyandang status yang sama yakni bayi baru lahir yang belum mempunyai kekuatan apa-apa dan dalam keadaan polos. Tak ada tulisan kegagalan atau kesuksesan dikening-kening mungil mereka.

Lalu apa dasar kita mengklaim bahwa semua kegagalan atau keterbatasan pada diri adalah sebuah takdir mutlak yang tak dapat dirubah. Lupakah kita bahwa semua manusia diciptakan dengan segala keistimewaannya masing-masing. Seluruh manusia dibekali potensi hebat dalam diri masing-masing yang akan menopang kehidupannya kelak. Namun potensi ini tentunya harus diasah. Ibarat sebuah pisau yang tak pernah diasah dan digunakan maka matanya akan tumpul dan tidak memiliki kekuatan. Jangankan memotong daging, membelah daun tipispun pisau tumpul ini tidak akan mampu melakukannya dengan baik.

Begitupun dengan manusia. Manusia terlahir dalam keadaan tidak membawa apapun. Namun sejak lahir walaupun dengan tubuh mungil sudah terlihat kecerdasan yang dianugrahkan Sang Pencipta terhadap sibayi mungil ini. Kita bisa melihat bagaimana sibayi berusaha menutup mata saat ada pancaran cahaya kuat yang datang mengganggu penglihatannya. Suara tangisan isyarat ketidaknyamanan atau penolakan situasi yang tidak diinginkan. Ini memperlihatkan bahwa kita terlahir dengan potensi luar biasa. Bahkan saat fase bayi beranjak menuju fase anak-anak, kecerdasan itu kian tampak dan terus berkembang. Kecerdasan ini tidak akan bertahan apalagi berkembang bahkan bisa hilang jika tidak diasah dengan tekun. Tidak mau mengasah potensi diri dan bersikap masa bodoh akan menemui nasib seperti pisau tumpul yang tak mampu berbuat apa-apa yang hanya akan menjadi objek penderita.

Orang yang terlahir dalam keadaan tidak sempurna sekalipun akan memiliki kemampuan luar biasa dan menjadi pribadi istimewa yang menyorot perhatian dunia ketika ia mau mengupgrade potensi dirinya. Tidak sedikit realita yang terlihat, mereka yang terlahir tidak sempurna bisa memanfaatkan ketidak sempurnaannya untuk menjalani aktifitas hidupnya dengan kreatif. Bisa memenuhi kebutuhan sendiri dan tidak mengharap belas kasihan orang lain. Bahkan ada yang menjadi motivator internasional dan mengukir prestasi-prestasi hebat yang kadang tak dapat diraih oleh manusia yang terlahir sempurna. Ini menunjukkan semua manusia yang terlahir ke dunia punya kesempatan yang sama untuk menjadi pribadi istimewa yang mampu membuat hidupnya jauh lebih berarti. Punya peluang untuk menjadi pribadi hebat bahkan bukan tidak munkin bisa memiliki peranan penting sebagai pemegang kendali di negeri ini.

Namun demikian itu semua hanya akan menjadi hayalan belaka  jika pikiran selalu dipenuhi energi negatif dan pesimisme. Malas berusaha dan tidak tampak ikhtiar yang serius dalam melejitkan potensi diri. Memiliki keyakinan bahwa diri kita yang paling benar dengan pemikiran yang salah serta banyak alasan dan penolakan untuk mengupgrade diri hanya akan memperburuk keadaan dan bisa membuat kita menjadi orang yang tidak berguna. Sibuk merutuki nasib dan menyalahkan keadaan itu akan membuat hidup mankin terpuruk.

Berpendapat bahwa orang lain pantas mendapatkan kesuksesan karena mereka punya kesempatan dan peluang emas untuk itu, sedangkan kita merasa tidak munkin karena kesempatan tidak ada. Merasa orang lain bisa karena dia punya waktu luang, tidak punya kesibukan dan lain sebagainya. Sedangkan kita merasa tidak munkin karena merasa paling sibuk dengan aktifitas-aktifitas pribadi, kemampuan standar, sudah mustahil rasanya untuk belajar dan berlatih karena bukan waktunya lagi. Karena berpikiran apapun yang dilakukan tetap tidak akan ada hasilnya. Ketahuilah ini merupakan sikap diri yang betah dalam kebodohan serta nyaman dalam kebodohan tersebut.

Pemikiran keliru ini bukan prestasi yang pantas untuk dibanggakan apalagi dipublikasikan pada orang banyak. Sikap betah dalam kebodohan seperti ini hanya akan membuat perjalanan hidup berada pada titik stagnan. Betah dalam kebodohan akan membuat seseorang terancam didera oleh kemiskinan. Jika sudah jatuh dalam kemiskinan maka kefuturanpun akan mengintai setiap saat. Pikiran-pikiran keliru ini juga akan mengancam eksistensi kehidupan kita.

Oleh sebab itu perlu perbaikan mindset agar diri tidak bertahan dalam kebodohan dan segera bangkit untuk membangun mimpi-mimpi yang pernah diukir sejak usia belia dulu. Musnahkan ribuan alasan yang sempat singgah dipikiran dan diluncurkan melalui lisan yang hanya akan mendukung kebertahanan dalam kebodohan. Saatnya bangkit dan mengupgrade diri serta buka lembaran baru untuk memulai cita-cita baru. Teruslah meniti jalan menuju kesuksesan walaupun akan menghadapi pahitnya ujian dan rintangan. Jadikan tantangan demi tantangan yang hadir silih berganti sebagai penyemangat, penguat dan ujian ketangguhan diri. Jangan biarkan rintangan yang menyapa melemahkan semangat dan harapan kita. Selagi kita memiliki mimpi dan harapan serta itikad kuat untuk mewujudkan harapan itu maka sesuatu yang tidak munkin akan bisa terwujud.

Dalam Al Qur’an pun Allah memberikan pesan cinta sekaligus peringatan pada kita, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” .(Q.S. Ar-Ra’d;11). Mari berusaha dan melompat lebih tinggi. Manjadda wajada. Dimana ada kemauan disana ada jalan. Jangan menggantungkan hidup pada takdir. Kita bisa jika kita mau. Maksimalkan usaha dan do’a hasilnya serahkan pada Yang Maha Kuasa. Saat usaha dan do’a telah maksimal, apapun hasilnya baru itu bisa dikatakan takdir dan kita terima dengan lapang dada. Wallahu’alam bisawwab.

NB : Terbit di koran Singgalang, 20 Januari 2018


1 komentar: