Herlin Variani, S.Pd (Guru SDN 11 Padang Sibusuk)
Dalam perjalanan hidup kita
kerap menemui kesuksesan maupun kegagalan. Kala kesuksesan hadir akan disambut
dengan suka cita. Bahkan dirayakan dengan pesta. Tak jarang momen kesuksesan membuat kita terlena dan lupa
bahwa perjalan masih panjang. Namun bagaimana jika kegagalan yang singgah ?
Masihkah rasa suka cita itu bergema ? Sanggupkah senyuman tetap menghiasai
bibir ? Atau bahkan hanya akan bermuram durja sepanjang waktu. Seolah langit
akan runtuh, matahari tak lagi mampu memunculkan sinarnya dan ditutup dengan
kiamat ? Haruskah kegagalan dihadapi dengan cara seperti itu ?
Tidak mesti begitu. Dalam
perjalanan hidup akan selalu hadir kegagalan dan kesuksesan. Itu merupakan nada
dan melodi yang berbeda. Tentu semuanya kan membuat irama kehidupan menjadi
indah. Tidak monoton.
Ketika kesuksesan
menghampiri sambutlah ia dengan porsi yang tidak berlebihan. Begitu juga kala
momen kagagalan yang datang. Temui ia dengan jiwa yang lapang. Tak perlu
ditangisi berkepanjangan apalagi sampai
dilanjutkan dengan keterpurukan. Orang yang ingin sukses harus berani gagal.
Tanpa pernah merasakan kegagalan tentu kita tak akan pernah tau apa itu
kesuksesan. Hadapi saja kegagalan itu dengan tenang. Kembali bangkit untuk
menapaktilasi perjalanan hidup berikutnya. Kembali tata langkah, rapikan
rencana dan perkuat amunisi.
Satu hal yang tidak boleh
dilupakan bahwa tak ada manusia terlahir dengan gelar gagal atau sukses. Gagal
atau sukses merupakan pilihan hidup. Ada yang memilih menjadikan kegagalan
dimasa lalu sebagai pelajaran berharga untuk menjadi pengingat dimasa sekarang
dan masa depan. Menjadikan kegagalan sebagai motivasi untuk lebih sukses
kedepannya. Namun tak jarang pula yang
menjadikan kegagalan sebagai akhir dari perjalanannya. Menyerah dengan keadaan.
Mengubur semua asa yang pernah dibangun. Hal seperti ini merupakan pilihan terburuk
dalam hidup. Dapat dipastikan, pilihan seperti ini akan menjerumuskan sipemilih kepada jurang keterpurukan, kenistaan bahkan
kehancuran pada dirinya.
Satu hal yang mesti kita
ingat, sejak dari alam rahim, kita ini adalah pemenang. Kita adalah insan-insan
pilihan yang sukses melewati rintangan dan berbagai ujian. Perjuangan hidup kita
dimulai saat jutaan sperma berjuang untuk membuahi sel telur. Jutaan sperma
berkompetisi mengarungi lautan luas demi membuahi sel telur. Dalam kompetisi
itu hanya satu yang sukses. Dan itu adalah kita. Kemudian diproses menjadi
embrio dan janin. Sudah selesaikah perjuangan ? Dengan menyandang status
sebagai janin kita kuat bertahan dalam rahim ibu. Sebuah ruangan sangat sempit,
gelap pekat dan dalam kesendirian hingga akhirnya terlahir kedunia.
Andai saat itu kita
menyerah tentu kita tak akan terlahir kedunia dengan selamat. Jangankan kesuksesan
namapun tak akan pernah kita miliki. Terlahir keduania bukan berarti perjalanan
usai. Tantan demi tangan yang lebih berat silih berganti hadir. Mulai dari
belajar berekpersi, menyampaikan pesan pada orang tua dengan bahasa yang tida
mereka mengerti. Berlatih berjalan tanpa henti walaupun acapkali terjatuh. Tanpa
mau berlatih dan terus berlatih untuk berjalanpun tak akan mampu. Jatuh dan
luka tak membuat keinginan berlatih berhenti hingga kedua kaki ini mampu
berlari.
Fase demi fase yang kita
lewati dalam hidup memperlihatkan bahwa sebenarnya Tuhan selalu menggiring kita
menuju kesuksesan. Namun tetap harus melewati ujian terlebih dahulu hingga
kesuksesan itu diberikan. Berat ringan sebuah ujian itu tergantung dari cara
hati dan pikiran kita dalam menakarnya. Bila memiliki hati dan pikiran yang
lapang, tentu masalah dan ujian yang datang tidak akan menjadi penghalang.
Malahan bisa menjadi penguat diri. Semankin yakin untuk terus berjuang dan
mengukir prestasi. Namun kadang sebagian dari kita tak berani untuk berjuang
bersungguh-sungguh. Malahan sibuk terus menerus menyalahkan orang lain dalam
kegagalannya. Bahkan menyalahkan Tuhan. Menuduh Tuhan tidak adil. Padahal usaha
minim. Sibuk mengkambinghitamkan dunia diluar dirinya. Tapi tak pernah mau
mengasah potensi.
Bayangkan saja ketika
dimasa kanak kita memiliki mental buruk seperti itu. Tidak mau belajar berjalan
karena takut jatuh. Maka tentu hari ini tak akan mampu berjalan apalagi berlari. Munkin hanya akan melakukan aktifitas
dengan merangkat dan menunggu belas kasihan orang lain. Tapi dimasa kanak kita
berani memilih berjuang dan berlatih tanpa ada rasa takut. Jatuh berkali-kali tak
membuat langkah berhenti. Lantas kenapa diusia dewasa nyali berani seperti itu
seolah menguap dari dalam diri ? Kenapa kemauan harus merapuh ? Kenapa
ketakutan dibiarkan menguasai diri ?
Sudah selayaknya pada fase
dewasa ini kita harus memilih jalan untuk sukses dan menjadi pemenang. Terus saja
berusaha dan berdoa. Singkirkan rasa lelah dalam berjuang. Kelola porsi rasa
takut gagal dalam diri. Anggaplah dalam hidup ini kita memiliki stok sukses dan
stok gagal. Maka segera habisi stok gagal ada hingga yang tersisa hanya stok
kesuksesan saja. Hancurkan segala bentuk penghalang kesuksesan yang selama diciptakan
sendiri.
Segeralah
memulai perjuangan itu. Teruslah berjuang dan berjuang tanpa henti dengan tetap
mengiringi perjuangan itu dengan doa. Tanamkan dalam hati dan pikiran. Sejak
terlahir kedunia kita sudah hadir sebagai seorang pemenang. Sukses menjadi
jawara mengalahkan jutaan kompetitor. Maka hiduplah sebagai pejuang untuk
meraih kemenangan berikutnya. Terakhir salah satu pesan almarhum Pak Habibie “bahwa meraih masa depan yang cerah tidak
akan didapat dengan mudah, namun dengan pengorbanan.”
Keep writing
BalasHapusThanks
Hapus