Selasa, 28 Juli 2020

SUKSES ITU PILIHAN

Herlin Variani, S.Pd (Guru SDN 11 Padang Sibusuk)

 

 

Dalam perjalanan hidup kita kerap menemui kesuksesan maupun kegagalan. Kala kesuksesan hadir akan disambut dengan suka cita. Bahkan dirayakan dengan pesta. Tak jarang  momen kesuksesan membuat kita terlena dan lupa bahwa perjalan masih panjang. Namun bagaimana jika kegagalan yang singgah ? Masihkah rasa suka cita itu bergema ? Sanggupkah senyuman tetap menghiasai bibir ? Atau bahkan hanya akan bermuram durja sepanjang waktu. Seolah langit akan runtuh, matahari tak lagi mampu memunculkan sinarnya dan ditutup dengan kiamat ? Haruskah kegagalan dihadapi dengan cara seperti itu ?

Tidak mesti begitu. Dalam perjalanan hidup akan selalu hadir kegagalan dan kesuksesan. Itu merupakan nada dan melodi yang berbeda. Tentu semuanya kan membuat irama kehidupan menjadi indah. Tidak monoton.

Ketika kesuksesan menghampiri sambutlah ia dengan porsi yang tidak berlebihan. Begitu juga kala momen kagagalan yang datang. Temui ia dengan jiwa yang lapang. Tak perlu ditangisi berkepanjangan  apalagi sampai dilanjutkan dengan keterpurukan. Orang yang ingin sukses harus berani gagal. Tanpa pernah merasakan kegagalan tentu kita tak akan pernah tau apa itu kesuksesan. Hadapi saja kegagalan itu dengan tenang. Kembali bangkit untuk menapaktilasi perjalanan hidup berikutnya. Kembali tata langkah, rapikan rencana dan perkuat amunisi.

Satu hal yang tidak boleh dilupakan bahwa tak ada manusia terlahir dengan gelar gagal atau sukses. Gagal atau sukses merupakan pilihan hidup. Ada yang memilih menjadikan kegagalan dimasa lalu sebagai pelajaran berharga untuk menjadi pengingat dimasa sekarang dan masa depan. Menjadikan kegagalan sebagai motivasi untuk lebih sukses kedepannya. Namun tak jarang  pula yang menjadikan kegagalan sebagai akhir dari perjalanannya. Menyerah dengan keadaan. Mengubur semua asa yang pernah dibangun. Hal seperti ini merupakan pilihan terburuk dalam hidup. Dapat dipastikan, pilihan seperti ini akan menjerumuskan sipemilih  kepada jurang keterpurukan, kenistaan bahkan kehancuran pada dirinya.

Satu hal yang mesti kita ingat, sejak dari alam rahim, kita ini adalah pemenang. Kita adalah insan-insan pilihan yang sukses melewati rintangan dan berbagai ujian. Perjuangan hidup kita dimulai saat jutaan sperma berjuang untuk membuahi sel telur. Jutaan sperma berkompetisi mengarungi lautan luas demi membuahi sel telur. Dalam kompetisi itu hanya satu yang sukses. Dan itu adalah kita. Kemudian diproses menjadi embrio dan janin. Sudah selesaikah perjuangan ? Dengan menyandang status sebagai janin kita kuat bertahan dalam rahim ibu. Sebuah ruangan sangat sempit, gelap pekat dan dalam kesendirian hingga akhirnya terlahir kedunia.

Andai saat itu kita menyerah tentu kita tak akan terlahir kedunia dengan selamat. Jangankan kesuksesan namapun tak akan pernah kita miliki. Terlahir keduania bukan berarti perjalanan usai. Tantan demi tangan yang lebih berat silih berganti hadir. Mulai dari belajar berekpersi, menyampaikan pesan pada orang tua dengan bahasa yang tida mereka mengerti. Berlatih berjalan tanpa henti walaupun acapkali terjatuh. Tanpa mau berlatih dan terus berlatih untuk berjalanpun tak akan mampu. Jatuh dan luka tak membuat keinginan berlatih berhenti hingga kedua kaki ini mampu berlari.

Fase demi fase yang kita lewati dalam hidup memperlihatkan bahwa sebenarnya Tuhan selalu menggiring kita menuju kesuksesan. Namun tetap harus melewati ujian terlebih dahulu hingga kesuksesan itu diberikan. Berat ringan sebuah ujian itu tergantung dari cara hati dan pikiran kita dalam menakarnya. Bila memiliki hati dan pikiran yang lapang, tentu masalah dan ujian yang datang tidak akan menjadi penghalang. Malahan bisa menjadi penguat diri. Semankin yakin untuk terus berjuang dan mengukir prestasi. Namun kadang sebagian dari kita tak berani untuk berjuang bersungguh-sungguh. Malahan sibuk terus menerus menyalahkan orang lain dalam kegagalannya. Bahkan menyalahkan Tuhan. Menuduh Tuhan tidak adil. Padahal usaha minim. Sibuk mengkambinghitamkan dunia diluar dirinya. Tapi tak pernah mau mengasah potensi.

Bayangkan saja ketika dimasa kanak kita memiliki mental buruk seperti itu. Tidak mau belajar berjalan karena takut jatuh. Maka tentu hari ini tak akan mampu berjalan apalagi  berlari. Munkin hanya akan melakukan aktifitas dengan merangkat dan menunggu belas kasihan orang lain. Tapi dimasa kanak kita berani memilih berjuang dan berlatih  tanpa ada rasa takut. Jatuh berkali-kali tak membuat langkah berhenti. Lantas kenapa diusia dewasa nyali berani seperti itu seolah menguap dari dalam diri ? Kenapa kemauan harus merapuh ? Kenapa ketakutan dibiarkan menguasai diri ?

Sudah selayaknya pada fase dewasa ini kita harus memilih jalan untuk sukses dan menjadi pemenang. Terus saja berusaha dan berdoa. Singkirkan rasa lelah dalam berjuang. Kelola porsi rasa takut gagal dalam diri. Anggaplah dalam hidup ini kita memiliki stok sukses dan stok gagal. Maka segera habisi stok gagal ada hingga yang tersisa hanya stok kesuksesan saja. Hancurkan segala bentuk penghalang kesuksesan yang selama diciptakan sendiri.

 

Segeralah memulai perjuangan itu. Teruslah berjuang dan berjuang tanpa henti dengan tetap mengiringi perjuangan itu dengan doa. Tanamkan dalam hati dan pikiran. Sejak terlahir kedunia kita sudah hadir sebagai seorang pemenang. Sukses menjadi jawara mengalahkan jutaan kompetitor. Maka hiduplah sebagai pejuang untuk meraih kemenangan berikutnya. Terakhir salah satu pesan almarhum Pak Habibie “bahwa meraih masa depan yang cerah tidak akan didapat dengan mudah, namun dengan pengorbanan.”

Alhamdulillah, tulisan ini dimuat di koran Singgalag, Jumat/ 10 Juli 2020

2 komentar: