Kamis, 30 Juli 2020

Tangisan di Malam Arafah

Oleh : Herlin Variani

 

Allah Akbar 3x

Alunan suara takbir begitu merdu. Menghiasi malam tanpa rembulan. Menyapa jiwa yang penat. Lelah melewati perjalanan mengejar kenikmatan dunia yang fana.

Allah Akbar 3x

Gerimis menderas. Membasahi relung jiwa. Menyaksikan fenomena tak biasa. Tanah haram sepi pengunjung. Kalimah talbiyah tak lagi membahana dahysat seperti tahun-tahun sebelumnya.

Allah Akbar 3x

Gelombang manusia tak terlihat. Tapi? Lihatlah! Siapa mereka? Para tamu Allah yang terpilih. Mengalahkan ancaman pandemi covid-19. Berjalan anggun melintasi masjidil haram. Bak pengantin dari surga. Mengelilingi ka’bah dengan tenang. Tanpa ada kerumunan.

Allah Akbar 3x

Derap langkah penuh kedamaian itu melintasi lintasan sa’i. Cahaya iman terpancar kuat dari wajah mereka. Tamu pilihan. Sedang menikmati hidangan lezat dari surga.

Allah Akbar 3x

Jiwa tertegun. Benarkah ini petaka? Terhalangnya langkah kaki jutaan umat manusia. Untuk memnunaikan rukun islam ke lima. Atau ini sebuah skenario indah dari Sang Khalik? Karena ingin memanjakan insan pilihan. Menikmati kekhusyukan menghadapkan wajah pada sang Khalik. Tanpa adanya hiasan kebisingan suara umat manusia.

Allah Akbar 3x

Gerimis kian menderas. Bukan lagi karena kesedihan yang mendera. Melainkan kecemburuan yang memburu. Terhadap mereka hamba istimewa. Yang telah mencuri perhatian Sang Pencipta. Lalu mendapat perlakuan khusus. Menerima rangkulan penuh cinta. Dari sang Maha Pemilik Cinta.

Allah Akbar 3x

Semoga wabah ini segera belalu. Semua jiwa kembali padaNya. Menjauh dari kemaksiatan dan keangkaramurkaan akhir zaman.


Suara hati dari ruang mimpi pena penggerak, Kamis, 30 Juli 2020, 22.00 WIB



Rabu, 29 Juli 2020

Viral Dalam derita


Oleh : Herlin Variani,S.Pd

Mata memanas. Bulir-bulir bening tak terbendung. Menganak sungai membasahi pipi pagi ini. Kebisingan kota seolah menghilang sejenak. Pikiran menerawang ke angkasa. Ada apa dengan negeriku?
Sebuah pemandangan ironis memenuhi layar gadget. Sosok tubuh renta penuh penderitaan. Tiada cahaya menghiasi matanya. Tak ada senyuman bergelayut di bibir.
Hanya tubuh ringkih penuh luka yang terlihat. Terbungkus pakaian yang sudah tak layak pakai. Pandangannya begitu redup. Kelumpuhan menyempurnakan kondisi rentanya.
Tinggal sebatang kara di sebuah hunian yang tidak layak disebut sebagai rumah. Melahirkan rasa iba bagi setiap mata yang memandang.
Jika perut si nenek lapar, ia memukulkan piring plastik ke lantai gubuk. Beruntung jika ada yang mendengar. Makanan pun bisa didapat melaui belas kasihan orang yang melihat.
 Malangnya, jika tak ada yang mendengar isarat dari si nenek, maka ia akan tertidur dalam kondisi perut kosong. Itu yang terlihat pada video yang tersebar tanpa terkendali pada media sosial.
Sebuah pemandangan pilu yang baru saja menggemparkan Ranah Minang. Melalui investigasi masyarakat setempat, terhimpun sebuah data mengejutkan. Ternyata nenek renta penuh derita ini memiliki seorang anak berpendidikan tinggi. Bahkan berkarir sebagai seorang kepala sekolah.
Tak ayal lagi, si anak menjadi santapan bulian. Bahkan bahan empuk untuk mempermanis berita. Hujatan terdengar begitu riuh. Wajah cantik anak terpampang begitu terang. Tak ada pemburaman gambar sama sekali.
Foto-foto cantik itu diiringi dengan pesan kutukan para netizen. Miris. Semua yang berada di posisi penonton merasa benar. Sibuk menghakimi, mencerca bahkan merendahkan.
*** 
Fenomena di atas baru saja terjadi. Menghiasi layar berita yang berasal dari Ranah Minang. Membuat geram setiap mata yang memandang. Kemarahan menyeruak.
Namun, penulis memiliki sedikit pandangan yang berbeda. Tak terbersit keinginan untuk ikut memviralkan berita tersebut. Bahkan mencoba mengingatkan pada rekan kerja. Untuk menghentikan penyebaran berita pilu ini. Karena tidak layak di konsumsi oleh publik.
Pada hakekatnya, penulis tidak memiliki hubungan apapun dengan objek berita yang menggemparkan ini. Kenal saja tidak. Namun, sebagai seorang pendidik, memiliki sebuah pandangan berbeda dengan para netizen. Mohon maaf untuk itu.
 Akan labih bijak jika yang dicari adalah solusi terbaik. Penghujatan belum tentu merubah keadaan. Bukan tidak munkin itu membahayakan dan merugikan banyak pihak.
Akan lebih arif jika kita coba mengkonfirmasi semuanya. Lalu mencarikan jalan terbaik. Hingga tak ada yang dirugikan. Beban psikologis dari berbagai pihak tak berdosa juga bisa diselamatkan.
Bagi kita yang melihat, itu semua bisa menjadi pelajaran berharga. Jangan sampai kita menjadi anak yang menelantarkan orang tua. Begitu banyak jasanya yang tak akan mampu kita balas.
Menyaksikan fenomena ini, sebagai seorang guru dan orang tua kita dapat mengambil hikmah bermanfaat. Hendaknya, kita lebih serius dalam menanamkan pendidikan karakter pada anak.
Akan sangat penting mendahulukan adab sebelum membekali mereka dengan pendidikan formal yang tinggi. Supaya generasi berikutnya yang terlahir tidak hanya cerdas. Tapi juga beradab.
Hingga, mereka tidak melakukan kesalahan yang sama. Menelantarkan orang yang telah membesarkannya. Lalu kita jadi korban berikutanyaa. Na’udzubillah. Semoga kita terhindar dari itu semua.
Tidak kalah pentingnya lagi, sebagai muslim dan kaum beradat kental seperti Minang kabau, hendaknya kita juga pandai dalam mengambil sikap.
Sudah menjadi rahasia umum, Minang Kabau memiliki semboyan yang melekat kuat pada syariat Islam. Yakni, Adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah.
Semboyan singkat ini memilki muatan pesan moral yang sangat padat. Menggambarkan, bahwa seluruh yang terkait dengan adat Ranah Minang ini memiliki dasar al qur’an. Landasan kebenaran yang tak bisa ditawar.
Berangkat dari sana, tak ada satu poin adat pun yang membenarkan kita diperbolehkan membuka aib orang lain. Begitu juga dengan aturan yang tertera pada al qur’an.
Tak ada pembenaran terhadap prilaku membuka kesalahan seseorang. Apa lagi jika itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Kalaupun harus dibuka, tidak untuk disajikan pada publik. Melainkan dalam sebuah ruang tertutup untuk kepentingan tertentu. Misalnya dalam ruang persidangan untuk untuk menyelesaikan sebuah kasus.
Untu kedepannya, mari semua kita bijak dalam bertindak. Apalagi mengelola media sosial. Perlu kehati-hatian yang ekstras. Agar tak salah langkah. Membahayakan diri sendiri dan merugikan orang banyak. Wallahua’alam

 NB : Alhamdulillah, tulisan ini di muat di koran Singgalang, Rabu, 29 Juli 2020 

Selasa, 28 Juli 2020

SUKSES ITU PILIHAN

Herlin Variani, S.Pd (Guru SDN 11 Padang Sibusuk)

 

 

Dalam perjalanan hidup kita kerap menemui kesuksesan maupun kegagalan. Kala kesuksesan hadir akan disambut dengan suka cita. Bahkan dirayakan dengan pesta. Tak jarang  momen kesuksesan membuat kita terlena dan lupa bahwa perjalan masih panjang. Namun bagaimana jika kegagalan yang singgah ? Masihkah rasa suka cita itu bergema ? Sanggupkah senyuman tetap menghiasai bibir ? Atau bahkan hanya akan bermuram durja sepanjang waktu. Seolah langit akan runtuh, matahari tak lagi mampu memunculkan sinarnya dan ditutup dengan kiamat ? Haruskah kegagalan dihadapi dengan cara seperti itu ?

Tidak mesti begitu. Dalam perjalanan hidup akan selalu hadir kegagalan dan kesuksesan. Itu merupakan nada dan melodi yang berbeda. Tentu semuanya kan membuat irama kehidupan menjadi indah. Tidak monoton.

Ketika kesuksesan menghampiri sambutlah ia dengan porsi yang tidak berlebihan. Begitu juga kala momen kagagalan yang datang. Temui ia dengan jiwa yang lapang. Tak perlu ditangisi berkepanjangan  apalagi sampai dilanjutkan dengan keterpurukan. Orang yang ingin sukses harus berani gagal. Tanpa pernah merasakan kegagalan tentu kita tak akan pernah tau apa itu kesuksesan. Hadapi saja kegagalan itu dengan tenang. Kembali bangkit untuk menapaktilasi perjalanan hidup berikutnya. Kembali tata langkah, rapikan rencana dan perkuat amunisi.

Satu hal yang tidak boleh dilupakan bahwa tak ada manusia terlahir dengan gelar gagal atau sukses. Gagal atau sukses merupakan pilihan hidup. Ada yang memilih menjadikan kegagalan dimasa lalu sebagai pelajaran berharga untuk menjadi pengingat dimasa sekarang dan masa depan. Menjadikan kegagalan sebagai motivasi untuk lebih sukses kedepannya. Namun tak jarang  pula yang menjadikan kegagalan sebagai akhir dari perjalanannya. Menyerah dengan keadaan. Mengubur semua asa yang pernah dibangun. Hal seperti ini merupakan pilihan terburuk dalam hidup. Dapat dipastikan, pilihan seperti ini akan menjerumuskan sipemilih  kepada jurang keterpurukan, kenistaan bahkan kehancuran pada dirinya.

Satu hal yang mesti kita ingat, sejak dari alam rahim, kita ini adalah pemenang. Kita adalah insan-insan pilihan yang sukses melewati rintangan dan berbagai ujian. Perjuangan hidup kita dimulai saat jutaan sperma berjuang untuk membuahi sel telur. Jutaan sperma berkompetisi mengarungi lautan luas demi membuahi sel telur. Dalam kompetisi itu hanya satu yang sukses. Dan itu adalah kita. Kemudian diproses menjadi embrio dan janin. Sudah selesaikah perjuangan ? Dengan menyandang status sebagai janin kita kuat bertahan dalam rahim ibu. Sebuah ruangan sangat sempit, gelap pekat dan dalam kesendirian hingga akhirnya terlahir kedunia.

Andai saat itu kita menyerah tentu kita tak akan terlahir kedunia dengan selamat. Jangankan kesuksesan namapun tak akan pernah kita miliki. Terlahir keduania bukan berarti perjalanan usai. Tantan demi tangan yang lebih berat silih berganti hadir. Mulai dari belajar berekpersi, menyampaikan pesan pada orang tua dengan bahasa yang tida mereka mengerti. Berlatih berjalan tanpa henti walaupun acapkali terjatuh. Tanpa mau berlatih dan terus berlatih untuk berjalanpun tak akan mampu. Jatuh dan luka tak membuat keinginan berlatih berhenti hingga kedua kaki ini mampu berlari.

Fase demi fase yang kita lewati dalam hidup memperlihatkan bahwa sebenarnya Tuhan selalu menggiring kita menuju kesuksesan. Namun tetap harus melewati ujian terlebih dahulu hingga kesuksesan itu diberikan. Berat ringan sebuah ujian itu tergantung dari cara hati dan pikiran kita dalam menakarnya. Bila memiliki hati dan pikiran yang lapang, tentu masalah dan ujian yang datang tidak akan menjadi penghalang. Malahan bisa menjadi penguat diri. Semankin yakin untuk terus berjuang dan mengukir prestasi. Namun kadang sebagian dari kita tak berani untuk berjuang bersungguh-sungguh. Malahan sibuk terus menerus menyalahkan orang lain dalam kegagalannya. Bahkan menyalahkan Tuhan. Menuduh Tuhan tidak adil. Padahal usaha minim. Sibuk mengkambinghitamkan dunia diluar dirinya. Tapi tak pernah mau mengasah potensi.

Bayangkan saja ketika dimasa kanak kita memiliki mental buruk seperti itu. Tidak mau belajar berjalan karena takut jatuh. Maka tentu hari ini tak akan mampu berjalan apalagi  berlari. Munkin hanya akan melakukan aktifitas dengan merangkat dan menunggu belas kasihan orang lain. Tapi dimasa kanak kita berani memilih berjuang dan berlatih  tanpa ada rasa takut. Jatuh berkali-kali tak membuat langkah berhenti. Lantas kenapa diusia dewasa nyali berani seperti itu seolah menguap dari dalam diri ? Kenapa kemauan harus merapuh ? Kenapa ketakutan dibiarkan menguasai diri ?

Sudah selayaknya pada fase dewasa ini kita harus memilih jalan untuk sukses dan menjadi pemenang. Terus saja berusaha dan berdoa. Singkirkan rasa lelah dalam berjuang. Kelola porsi rasa takut gagal dalam diri. Anggaplah dalam hidup ini kita memiliki stok sukses dan stok gagal. Maka segera habisi stok gagal ada hingga yang tersisa hanya stok kesuksesan saja. Hancurkan segala bentuk penghalang kesuksesan yang selama diciptakan sendiri.

 

Segeralah memulai perjuangan itu. Teruslah berjuang dan berjuang tanpa henti dengan tetap mengiringi perjuangan itu dengan doa. Tanamkan dalam hati dan pikiran. Sejak terlahir kedunia kita sudah hadir sebagai seorang pemenang. Sukses menjadi jawara mengalahkan jutaan kompetitor. Maka hiduplah sebagai pejuang untuk meraih kemenangan berikutnya. Terakhir salah satu pesan almarhum Pak Habibie “bahwa meraih masa depan yang cerah tidak akan didapat dengan mudah, namun dengan pengorbanan.”

Alhamdulillah, tulisan ini dimuat di koran Singgalag, Jumat/ 10 Juli 2020

Siswa Smartphone Zaman Now


Herlin Variani,S.Pd.
Guru SDN 11 Padang Sibusuk/ Pembina Assalam Kota solok
                              
Hari ini semua orang tidak ada yang tidak kenal dengan makhluk kecil yang seolah bisa mengendalikan hidup umat manusia bahkan mampu mengendalikan dunia.. Tidak hanya sekedar kenal bahkan sangat akrab dengan makhluk yang satu ini. Tua, muda,yang berpendidikan serta yang tidak berpendidikan akrab dengan makhluk mungil ini. Begitupun dengan anak-anak yang berstatus sebagai siswa atau pelajar. Apakah itu? Ya, tepat sekali. Smartphone nama kerennya. Gadget bahasa lainnya.
Smartphone sesuai dengan namanya, ia makhluk yang sangat smart dan sangat cerdas. Kecerdasan yang dimiliki simungil ini, membuat orang bisa lupa makan, lupa waktu, lupa belajar, lupa tugas-tugas sekolah, bahkan lupa dengan kehidupannya sendiri.
Kondisi ini juga terjadi di kalangan pelajar. Bukan hanya pelajar SLTA dan SLTP. Pelajar SD pun tak luput dari racun smartphone yang mematikan. Mematikan kreatifitas dan imajinasi positif pada anak sejak dini. Siswa SD cenderung keracunan game. Game-game menarik yang tersedia pada aplikasi smartphone dan yang bisa didownload secara bebas selalu menggoda jiwa anak.
 Banyak orang meninggalkan kehidupannya di dunia nyata dan berhijrah kedunia maya. Duduk bersama diruang keluarga namun kepala tertunduk dengan khusuknya, mata tak berkedip menatap layar mungil dan jari jemari menari indah di layar kaca. Hening, sunyi senyap tanpa suara. Orang tua dan sikakak sibuk dengan whatsApp nya, Si adek kecil yang masih SD juga sibuk dengan smartphone nya. Smartphone yang dipenuhi game-game penuh kekerasan dan pakaian terbuka. Pesan motifasi “try again” yang selalu muncul saat anak mengalami kekalahan membuat mereka tak pernah bosan untuk mencoba lagi.
Sikap-sikap apatis pun mulai meraja tanpa ampun. Satu sama lain tak lagi saling peduli. Semua asyik berselancar di dunia maya dengan smartphone cantiknya. Ketika seorang sahabat jatuh sakit terbaring lemas, ucapan doa-doa pun ramai berdatangan di dunia maya. Mirisnya wujud mereka tak terlihat menjenguk sisakit. Saat tetangga menemui ajalnya, ucapan berlasungkawapun membanjiri medsos-medsos sijenazah tanpa ada yang hadir dipemakamannya. Begitu mengerikannya dampak yang disebarkan oleh sicantik nan mungil bernama smartphone ini.
Dampak mengerikan smartphone zaman now tak hanya menyerang orang dewasa lain. Namun juga menyerang pelajar SD. Sibuk bermain game di smartphone  membuat anak tak mengindahkan panggilan orang tuanya. Mereka terbenam dalam keasyikannya  dengan smartphone. Panggilan teman-teman untuk bermain tak menarik perhatian anak yang telah keracunan ini. Tugas-tugas sekolah dari guru tak sempat untuk dilihat apalagi dikerjakan.
Karena keasyikan dengan game di smartphone ini sianak tidur larut malam dan bangun kesiangan. Pergi sekolah dengan mata lelah dan pikiran kusut. Mengikuti pelajaran sambil ketiduran. Kalau sudah seperti ini, maka sianak tak akan mampu diajak untuk berpikir kritis dalam belajar.
Kasih sayang orang tua kepada anak yang diwujudkan dengan cara memberikan apapun yang mereka minta termasuk pemenuhan permintaan terhadap smartphone. Ini merupakan sikap keliru orang tua yang bisa berakibat buruk terhadap anak. Pemberian smartphone pada anak kadang juga salah satu cara orang tua untuk mengelak dari tugas pokoknya sebagai orang tua. Dengan memberikan smartphone pada anak, maka sianak tak lagi merengek untuk diperhatikan oleh orang tua. Orang tua mendapat kebebasan dan tidak perlu membersamai anak secara full dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Tanpa disadari sikap orang tua yang seperti ini membahayakan kepribadian anak. Bahkan membahayakan masa depan anak.
Ketika simungil nan smart ini berada di tangan anak-anak kita, bukan anak yang mengendalikan dia, tapi sebaliknya. Anak yang dikendalikan oleh smartphone yang menfasilitasi mereka untuk bermain game, berselancar di dunia maya tanpa batas. Bertemu dengan teman-teman baru yang sejalan dengan mereka. Mendapatkan kebebasan dalam bergaul, berbicara, bersikap. Kebebasan seperti ini tak mereka dapatkan dari orang tua dan guru di dunia nyata. Ini membuat mereka semankin larut dalam kesemuan.
Pergaulan bebas, segala macam yang berbau pornografi, game yang melenakan tersaji indah mengendalikan otak dan aktifitas anak. Akibatnya perkataan orang tua tak lagi didengar. Nasehat guru tak lagi singgah dipikiran mereka. Pelajaran di sekolah serasa neraka yang penuh derita. Pergi ke sekolah hanya sebagai syarat agar mendapatkan uang jajan dari orang tua, dan paket datapun tak terputus. Pengaruh sicantik smartphone telah membuat generasi penerus muda ini autis dan terbelenggu di dunia maya. Pikiran mereka terpenjara oleh hal-hal yang tidak bermanfaat yang membuat mereka tak mampu berkembang.
Mengkonsumsi pornografi mengakibatkan kerusakan yang fatal pada otak anak. Kerusakan pada otak anak yang suka pornografi sama seperti kerusakan mobil akibat benturan keras. Pree Frontal Cortex (PFC),bagian otak alis kanan atas akan rusak ketika anak melihat pornografi. PFC merupakan pusat nilai, moral, tempat dimana merencanakan masa depan , tempat mengatur manajemen diri.
Jika PFC yang sering disebut juga sebagai dirketur yang mengarahkan kita ini sudah rusak, mau jadi apa mereka. Kerusakan otak akibat pornografi ini lebih fatal jika dibanding dengan kerusakan yang diakibatkan oleh narkoba.
Itu baru satu dampak dari fasilitas yang disediakan smartphone. Dampak game juga tidak kalah hebatnya terhadap anak. Selain menyita waktu anak, juga bisa membuat anak tak peduli dengan sesama, acuh tak acuh, apatis dan cenderung kasar. Kalau kita amati di sekolah, permainan yang penuh kekerasan yang biasa mereka mainkan pada smartphone mereka praktekkan di sekolah. Permainan yang penuh kekerasan fisik, bahkan mengakibatkan teman-teman mereka babak belurpun tak memunculkan rasa iba dihati mereka. Kekerasan yang terjadi mendapatkan respon tawa renyah dari teman-teman seusianya. Tanpa ada keinginan untuk membantu dan menghindarkan korban kekerasan dari bahaya yang mengancam hidup sikorban. Makanya sekarang tak aneh lagi kita membaca berita siswa kelas dua SD tewas ditangan teman-temannya di sekolah. Masih banyak lagi dampak-dampak racun smartphone yang akan membahayakan masa depan anak.
Karenanya guru harus mengambil perannya sebagai pendidik di sekolah. Sajikan pendidikan yang menarik dan berkarakter kepada anak. Jadilah sahabat-sahabat yang baik untuk mereka. Pengertian dan memiliki sikap menyenangkan buat sianak. Hingga mereka tidak mencari jalan lain untuk pelarian seperti smartphone. Jangan menjadi hakim yang selalu siap mengetukkan palu hukuman saat siswa punya kesalahan. Jadilah guru terbaik yang siap membangun generasi bangsa sejak dini.
 Begitu juga dengan orang tua. Jangan hanya sibuk dengan aktifitas sendiri. Sempatkan dan berikan waktu luang yang berkualitas untuk anak. Anak merupakan aset masa depan kita. Jangan gantikan peran kita sebagai orang tua dengan smartphone. Pun saat anak diizinkan menggunakan smartphone, berikan pengawasan yang ketat dan pakai batas waktu. Ikut bermain bersama mereka diusia emas ini. Jangan sampai masa kanak mereka dicuri oleh simungil smartphone yang tidak akan pernah mau bertanggung jawab atas dampak buruk yang diberikannya. Mencintai dan menyayangi anak bukan berarti memberikan apa yang mereka mau. Kebebasan yang diberikan kebebasan yang terbatas.

NB : Alhamdulillah, dimuat di koran SInggalang, 15 Desember 2017

Positive Writing


Oleh : Herlin Variani,S.Pd.


“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR.Ahmad)


Kilas balik dari beberapa tulisan sederhana yang telah disebar di media sosial, saya melihat sesuatu yang dapat ditarik sebagai bahan pelajaran. Buah pemikiran yang telah diungkapkan melalui rangkaian kata itu memiliki tema dan nuansa berbeda. Mulai dari pengalaman pribadi hingga cerita lucu saya coba torehkan. Semua itu menuai respon yang begitu variatif dari pembaca.
Ternyata cerita yang mengundang gelak tawa lebih diminati. Jumlah like pada kisah kocak menempati posisi puncak. Bahkan pesan pribadi berdatangan melalui media sosial yang saya punya. Para sahabat memberikan respon positif  dan dukungan penuh.
“Terus berkarya ya.”
“Semangat.” Kalimat motivasi itu silih berganti hadir. Pertanyaan pun memenuhi ruang pikiran.
“Apa iya, dari sekian banyak tulisan ecek-ecek saya, cuma itu yang bagus dan menarik minat pembaca?” 
***
Menulis merupakan sebuah aktifitas mengasah kekuatan berpikir agar ia semankin tajam. Dengan menulis, pemikiran akan terus berkembang. Namun satu hal yang mesti diingat, dalam menulis hendaknya kita punya sebuah prinsip yang dijadikan sebagai landasan. Hingga tulisan-tulisan yang dihasilkan lebih bermakna dan terjaga. Memiliki warna yang jelas sebagai seorang writer itu wajib.
Jika aktifitas penuangan pemikiran dalam untaian kata hanya didasarkan pada keinginan pembaca semata, maka kita akan menjadi seorang penulis yang tak tau arah. Bergerak mengikuti arah angin tanpa pegangan yang pasti. Apabila hal ini dilakukan, tentu lambat laut tingkat kreatifitas kita akan menurun. Bahkan sangat munkin ia akan hilang tanpa jejak.
Saya memiliki sebuah prinsip yang sampai hari ini masih saya anut jika ingin menulis. Hasil pemikiran yang akan dituangkan menjadi rangkaian kata nan apik harus mengandung makna kebaikan. Membawa manfaat untuk sipembaca serta diridhoi oleh Tuhan. Karena, saya yakin dan percaya bahwa apapun yang kita tulis akan dipertanggungjawabkan pada pengadilan tertinggi di hari akhir nanti.
Selain itu, setiap oretan kata yang dirangkai akan berdampak pada si penulis. Semua akan kembali padanya. Ketika kita mulai meramu kata penuh manfaat yang akan menjadi bacaan penggugah jiwa, maka persiapkan diri untuk mamanen hasil yang manis pada suatu saat nanti.
Begitu juga dengan seseorang yang memutuskan mewarnai sebuah tulisan penuh angkara murka yang akan membuat pembaca merasa sesak. Ia harus mempersiapkan mental untuk menuai hasil yang pahit pada suatu hari nanti.
Jadi, teruslah menulis. Bubuhkan bumbu-bumbu penuh manfaat pada tulisan. Agar Tuhan ridho dan kebaikan itu akan kembali pada diri sendiri.

Oretan pasca solat subuh ditemani hembusan angin dingin.
Kamis, 9 Juni 2020


NB. Ini tulisan sekai tulis ya guys. Belum dibaca ulang apalagi di edit. So, sediakan air hangat buat kamu yang mo baca. Untuk menetralisir rasa pusing yang mungkin muncul ketika tulisan ini mulai dibaca. Hehehe
Salam literasi

SERUNYA MENGIKUTI KELAS EEPK BATH 1

SERUNYA MENGIKUTI KELAS EEPK BATH 1

Oleh : Herlin Variani,S.Pd

ID - 01201 EEPK 2020

Rasa gundah menyapa. Teriakan dari ruang mimpi kian menderu. Meminta diukir dengan karya nyata. Agar hidup lebih bermakna dan abadi.

Namun himpitan aktifitas membuat asa memudar. Akankah menjadi penulis legenda hanya sebuah hayalan belaka? Prasangka mencuat. Munkinkah risau ini tak berujung?

Namun sebuah skenario kehidupan berkata lain. Langkah kaki singgah di ruang kelas emak-emak punya karya bath 1. Sebuah nama yang terlihat sederhana. Seolah tak ada yang istimewa.

Hingga pertemuan pun dimulai. Hari pertama, geliat energi posiif memenuhi ruang kelas. Motivasi dari sang mentor menjadi nadi penggerak grup itu.

Keraguan akan kemampuan sirna. Potensi melejit. Aktifitas pacu adrenalin pun dimulai. Namun penuh canda tawa. Satu persatu power peserta bermunculan. Menulis semudah bernafas begitu dirasakan. Tulisan berkualitas lahir. Hingga tak ada yang menyadari itu karya seorang ibu rumah tangga biasa.

Nyali sempat ciut. Melihat peserta mulai melahirkan buku impian. Menghilang dari grup serasa menjadi pilihan yang tepat. Namun hal itu tak dibiarkan terjadi. Tim dan peserta kelas EEPK, memberikan dorongan dan semangat luar biasa. Mereka tak rela jika ada yang tertinggal.

Tekad mereka, melahirkan karya gemilang bersama. Bukan menyelamatkan impian sendiri. Perasaan mengharu biru pun memenuhi sanubari. Semangat peserta seolah tak pernah padam. Mentor dan tim kelas EEPK setia mendampingi setiap saat. Motivasi dan evaluasi intensif berlangsung setiap hari.

Ini diluar ekspetasi. Bimbingan satu bulan intensif bukan hanya bahasa iklan semata. Lebih dari itu kami dapatkan. Kini derap langkah kian pasti. Mimpi menjadi seorang penulis best seller hadir di depan mata.

Bismillah. Bersama kelas EEPK persembahan ruag menulis Pak Cah kami bisa. Kini giliran anda


Riset Sederhana Herlin Pagi Ini

Oleh : Herlin Variani,S.Pd

 

 

Tahukah kamu bahwa perempuan mengeluarkan 20.000 kata dalam sehari? Setiap kata yang dikeluarkan, baik yang penuh hikmah atau tidak ada hikmahnya. Kata yang penuh hikmah tentu akan sangat bermanfaat. Kata penuh hikmah yang dikeluarkan melalui lisan saja, manfaatnya hanya sementara dan hanya untuk segelintir orang.

Berbeda ketika kata yang kita keluarkan itu dituangkan melalui kertas, laptop dan tulisan-tulisan lainnya. Apalagi memberanikan diri untuk menyusun rangkaian kata itu menjadi sebuah buku. maka saat itu kata yang anda keluarkan akan jauh lebih bermanfaat dan lebih abadi.

Batu nisan sekali pun tak akan mampu menghalangi pergerakan tulisan anda. Walaupun anda sudah terkubur di dalam perut bumi. Jadi jangan menunggu lagi. Mulailah menulis, buka peluang untuk berbagi hikmah hidup anda pada orang lain.

Walaupun nanti anda sudah tiada. Karena seperti yang dikatakan oleh Helvy Tiana Rosa, “ketika seseorang mulai menulis maka dia mulai memperpanjang umur nya.” Penulis pernah sampaikan juga, bahwa dengan menulis kita dapat menuju keabadian dalam hidup. Ciiaahhhh. Gaya ne. Wkwkwk

Jika ada yang mengatakan bahwa berbicara itu mudah. Namun ketika yang ada di pikiran atau yang ingin dikeluarkan dari hati dituliskan di situlah kesulitan mulai terasa. Nah coba deh, saya sebagai seorang penulis pemula memiliki beberapa trik.

Satu ketika anda merasakan sangat sakit hati dan marah sekali kepada suami, tulislah semua itu. Tulis apa saja lah itu. Kata-kata baik atau kata-kata tidak baik sekalipun. Tulis sesuka hati anda agar seluruh perasaan lepas.

Jangan lupa setelah itu Anda juga tulis seluruh kebaikannya. Setelah itu selesai, tutup buku anda dan cobalah menenangkan diri.

Itu yang pertama, lanjut yang kedua. Jika anda seorang muslim segeralah berwudhu. Ambil sajadah anda dan menghadap Allah. Persembahkan sujud indah  anda padanya. Syukuri apa yang telah anda dapatkan dari Nya selama ini.

 Lalu Anda coba membuka mushaf Al Quran dan baca. Tingkatkan ibadah anda. Perbanyak istighfar. Insya Allah beberapa saat kemudian, anda akan merasakan sensasi luar biasa. Rasa tenang akan hadir dalam diri anda. Ketika itu sudah anda dapatkan kembali, buka catatan yang pernah anda buat sebelumnya.

Ingat ya, catatan yang anda buat itu selalu berpasangan. Yang baik dan yang tidak baik. Karena Tuhan itu menciptakan segala sesuatu berpasangan. Adam dan Hawa. Bukan Adam dengan Adam. Siang dan malam. Bukan siang dengan siang tertutup awan.

Baca kembali yang anda tulis dan terus beristighfar. Poles tulisan itu. Jangan dihapus. Berikan seluruh tulisan anda itu pesan penuh hikmah. Hiasi dia dengan bahasa yang enak untuk dibaca.

Bubuhkan hikmah yang dapat dipakai dan dimanfaatkan oleh orang lain. Karena Siapapun yang membaca tulisan anda, mereka lebih menyukai bacaan-bacaan yang sangat menginspirasi dan membuat jiwa tenang. Bukan tulisan yang membuat hati panas

Apa berikutnya? Emang yang 2 itu sudah anda lakukan? Udah belum nih? Nah, tutup lagi buku/ laptopnya. Keesokannya, poles lagi. Tapi, tetap dengan kondisi jiwa dan hati yang stabil. Ruh yang tenang yang penuh dengan kekuatan iman.

Lakukanlah itu setiap saat. Melakukan pemolesan dan perapihan. Praktekkan dan perhatikan dalam waktu sebulan. Tanpa sadar, anda telah membuat bahan untuk sebuah buku. Maka insya Allah buku catatan perjalanan hidup anda akan selesai. Akan banyak orang yang bisa meraih hikmah dari tulisan Anda.

Setidaknya orang yang membaca pesan anda akan berpikir. Jangan hanya kemarahan dan kekurangan suami yang terlihat Tapi lihatlah nikmat Allah yang terbentang. Ketika anda dipertemukan dengan dia oleh Allah

Apabila ada yang berkata, ah susah menulis dikala sakit hati. Akan membuatnya semakin runyam. Oke baiklah, apakah anda memiliki gadget? Saya rasa anda punya. Karena hari ini semua orang memiliki gadget termasuk anak TK.

Bahkan sulit sekalipun perekonomian, gadget tetap punya. Baik, ambil gadget anda, buka kotak pesan atau whatsup. Di sana anda buat grup dengan nama anda dan teman anda. Lalu nama teman anda keluarkan dari grup.

Mulailah membuat pesan di sana. Tekan spasi dalam beberapa detik. Tahan sejenak, mulailah anda berbicara. Apa pun yang anda bicarakan, akan ditulis oleh sang gadget. Itulah kecanggihan gadget hari ini.

Anda ungkapkan semuanya disana. Walaupun tulisan yang akan muncul tanpa tanda baca. Tidak masalah. Nanti setelah anda baca semuanya, diedit kembali.

Nah selamat mempraktekkan. Jika masih tidak bisa, terserah aja lah. Selamat dikalahkan oleh nenek Toyo Shibata.

Selamat dikalahkan oleh Stephen King, oleh dokter Seus, oleh Joanna penn. Siapa lagi? Masih banyak penulis penulis yang lain. Kalau kita ber alasan ini itu juga berarti memang kita yang tidak mau.

==================================================

710 karakter diatas, tulisan yang dibantu oleh gadget. Cukup cuap2 aja. Waktu yang dibutuhkan sangat singkat. Belum dipoles. Cuman ditambahin tanda baca dan atur paragraf. Selamat mencoba, bagi yang bersedia melakukan.

Jika ada yang bertanya, kenapa contohnya suami?

1.  Suami orang terdekat kita. Lebih mudah menulis tentang itu

2.  Saya banyak melihat, istri kerap lupa hal positif tentang suami

ð  Seolah semua yang positif hanya milik istri, kekuranga milik suami aja (kesimpulan polos yang dibuat, hasil pengamatan dari curhatan teman2 dan ortu siswa.wkwkwk

Oretan dari Ruang Mimpi, 18 Juli 2020 


Nenek Toyo Shibata

NENEK TOYO SHIBATA

Oleh : Herlin Variani,S.Pd

 

 

What? Menulis? Are you serious?" Pertanyaan penuh cemooh di sebuah kantor itu diiringi suara tawa yang begitu riuh.

"Situ aja yang masih muda dan sehat. Kami dah tua dan sakit-sakitan." Imbuh yang lain. Tak ayal, suara gelak tawa semankin pecah dan terus bersahut-sahutan.

***

Pernah melihat kejadian seperti ini? Atau pernah merasakannya langsung? Benarkah menulis itu sulit? Kemampuan yang hanya dimiliki oleh pemuda saja? Atau oleh orang yang sehat saja? Apakah kemampuan menulis hanya milik manusia tertentu saja?

Mari kita coba kupas satu persatu tentang beberapa penulis yang melegenda berikut ini.

Toyo Shibata. Itu namanya. Munkin tak banyak yang kenal, bagi yang malas membaca. Ia seorang penulis puisi dari Jepang. Beliau seorang pensiunan yang mulai menulis ketika usia sudah menginjak sembilan puluh dua tahun. Saat berumur sembilan puluh delapan tahun, buku pun mulai disusun.

Ketika memasuki tahun ke sembilan sembilan dalam kehidupannya, antalogi pertamanya yang berjudul kujikenaide diterbitkan. Dalam bahasa Inggris Don’t Lose Heart, atau sebagian menerjemahkan dengan Don’t Be Frustated.

 Angka penjualan sangat fantastis, yaitu 1,58 juta eksemplar. Otomatis gelar penulis best seller diraih pada tahun 2010 oleh seorang nenek, yang kalau di negeri kita itu sudah masuk kategori usia sangat uzur.

Beliau menunjukkan pada dunia, usia tak jadi penghalang untuk melahirkan karya.

Beliau tutup usia pada umur seratus satu tahun. Namun karyanya masih dinikmati banyak orang sampai hari ini. Berapa umurmu sekarang sahabat?

Kita coba lirik tokoh lain. Dahlan Iskan. Itu nama yang penulis pilih berikutnya. Salah satu putra bangsa Indonesia yang pernah menjabat sebagai seorang menteri di negeri ini.

Beliau juga sangat suka merangkai kata penuh makna. Salah satu karya beliau berjudul "Ganti hati". Sekilas, dua kata itu terlihat mengerikan. Topik ganti hati, bukan sekadar majas sebagi penarik mata yang melihat. Namun itu memiliki makna sesungguhnya.

Kapan itu ditulis? Saat beliau sakit. Tapi bukan sakit flu biasa. Melainkan harus menjalani operasi pengangkatan dan proses transplantasi hati. Itu bukan penyakit ringan kawan. Namun beliau mampu melahirkan sebuah karya dalam kondisi yang jauh dari kata sehat itu.

Ternyata sakit tak menghalangi anak manusia untuk berkarya

Percayakah sahabat? Ada penulis yang mampu melahirkan karya walaupun tak punya tangan dan kaki? Siapa dia?

Cari sendiri ya, penulis membuat tulisan ini saat berada di atas bus dalam perjalanan pulang ke rumah dari tempat kerja. Alhamdulillah sekarang sudah hampir sampai, jadi kapan-kapan dilanjutkan lagi.

Satu pesan untuk kita semua, teruslah menulis untuk keabadian. Berikan hadiah pada diri sendiri dengan melahirkan karya. Munkin menurut kita, oretan yang dilahirkan tidak bermakna. Namun bisa jadi itu berdaya dobrak besar untuk pembaca.

Satu tujuan terbaik agar semangat menulis terjaga adalah untuk ibadah. Menebar manfaat untuk orang banyak.

Mampu menulis karena ada kemauan dan banyak latihan. Bukan karena anda luar biasa.

Key...See you next time. Saling mendoakan ya guys. Semangat selalu untuk melahirkan karya. Kita layak untuk itu.


Minggu, 26 Juli 2020

Keterlambatan yang Menyelamatkan

Keterlambatan yang Menyelamatkan

 

Oleh : Herlin Variani,S.Pd.

Guru SDN 11 Padang Sibusuk

 

Ahad pagi yang diiringi gerimis menciptakan butiran mutiara-mutiara kecil dirambut setiap insan yang disinggahinya. Suasana liburan dan dinginnya pagi sangat mendukung hasrat mata yang mulai redup untuk kembali merebahkan tubuh dan siap bermalas-malasan di tempat tidur. Namun panggilan Allah yang selalu memanggil para pemuda untuk terus menorehkan tinta sejarah dengan pena emas dalam perjuangan ini membuat langkah kaki tetap digerakkan. Mata yang meredup dipaksa untuk terbuka lebar. Dengan tekad membaja langkah kaki menuruti perintah otak untuk segera menyambut panggilan mulia ini.

Langkah demi langkah yang tertata rapi mulai menuju tempat dan waktu yang telah kita janjikan untuk fastabikhul khairat. Berlomba-lomba dalam kebaikan. Detik demi detik terus berlarian hingga jampun terkejar dan berlalu. Keberangkatan yang telah direncanakan dalam menyambut panggilan Allah molor hingga sembilan puluh menit hanya karena menunggu kehadiran seorang sahabat yang entah apa masalahnya. Kepastian dimana keberadaan yang bersangkutan berada tak didapatkan. Hanya sebuah pesan yang sampai bahwa yang bersangkutan akan ikut dan tak munkin ditinggalkan. Penyedia transportasi mulai menceracau sewot karena harus menunggu sekian lama. Sedangkan keberangkatan transportasi yang satu ini sudah diatur oleh perusahaannya dan ada dedlinenya yang tak dapat diganggu gugat. Semangat dan ribuan energi positif yang mendorong langkah kaki sejak bangun pagi hari mulai terusik. Hati yang begitu sumringah mulai digoda oleh ketidaknyamanan luar biasa.

Rasa keputusasaan mulai mengintai dan berbisik untuk meninggalkan yang bersangkutan. Kenapa langkah-langkah penuh tekad juang dan semangat muda ini harus terhalang atau dihiasi keterlambatan oleh satu orang yang informasinya tak didapat dengan jelas? Ketika sebuah keputusan yang sedikit diwarnai dengan emosi mulai berteriak untuk  meninggalkan sahabat yang satu ini, yang bersangkutan datang dengan langkah terburu-buru disertai sorot mata kecemasan dan rasa bersalah tentunya.

Rentetan kata maaf terurai dari pemilik wajah polos ini saat kami sudah duduk dalam armada yang siap membawa kami ke kota tujuan untuk menyambut panggilan Allah ini. Dalam suasana hening sesekali tetap terdengar ungkapan maaf dari sahabat yang terlambat ini kepada kami semua. Ungkapan maaf itu direspon dengan lembut sambil menganggukkan kepala dihiasi senyum dipaksakan yang terlahir dari hati yang diwarnai oleh kekesalan. Armada pun melaju dengan lancar tanpa rintangan walaupun air hujan turun tidak kompak telah membasahi sebagian jalan yang kami lewati.

Namun lancarnya perjalanan itu hanya berlaku lebih kurang tiga puluh menit saja. Armada yang ditumpangi tiba-tiba berhenti diringi pemandangan yang membuat mata sedikit tercengang. Armada-armada yang telah melaju kencang jauh sebelum kami berangkat terlihat berabaris rapi dihadapan kami. Kedua sisi jalan dipenuhi oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Tak satupun kendaraan yang melintas dihadapan kami dari arah berlawanan. Macet total. Ada apakah gerangan ? Belum  pertanyaan pertama terjawab terlihat sebuah truk kuning lalu lalang membawa tanah merah dan membuangnya ke sisi jalan di tepi jurang. Para penumpang dari kendaraan lainpun turun. Rasa penasaran memutuskan penulis untuk segera keluar juga dan bertanya.

“Longsor”.

Itu jawaban yang didapatkan. Terlihat dengan jelas tanah merah yang turun dari perbukitan sebelah kanan kami memenuhi jalan.

“Ya Rabb”.

 Inikah maksud yang ingin Engkau sampaikan kepada hati yang sempat berprasangka kepada sahabat seperjuangan kami. Andaikan langkah ini tak tertahan oleh sahabat yang telah terlambat, munkin kami akan kebosanan menunggu dalam waktu yang lama karena macet panjang. Lebih menakutkan lagi jika tadi berangkat lebih awal munkin tanah yang berjatuhan dari bukit menyapa armada yang kami tumpangi seperti yang pernah terjadi beberapa waktu silam yang memakan korban jiwa. Sepanjang jalan yang kami lewati di sebelah kirinya dihiasi oleh jurang yang kedalamannya puluhan meter dan sebelah kanannya dipagar oleh perbukitan yang menjulang tinggi. Setiap kali hujan turun jalan ini memang kerap memancing tanah yang menyatu membangun sebuah perbukitan ini untuk turun ke jalan bersama bebatuan yang telah lama bersemayam di bukit-bukit itu.

Sesaat kemudian suasana yang awalnya hening dan sedikit mencekam karena kaget  berubah riuh. Ucapan syukur dan Alhamdulillah serta terimakasih kepada saudara yang sudah terlambatpun berhamburan dari mulut kami. Besryukur karena keterlambatannya membuat kami terselamatkan dari marabahaya. Wajah-wajah yang awalnya ditekuk karena tersusupi rasa kesal dan kecemasan terlembat ketempat tujuan berubah menjadi sumringah dan tertawa kecil. Suasana berubah haru dan menyempatkan kami untuk selfie-selfie dengan back ground antrian panjang kenderaan dan lalu lalang truk mengangkut tanah yang turun ke jalan.

Sebuah pesan cinta hadir dari Sang Rahman yang sedikit menampar kami yang telah mengotori hati dengan prasangka dan kemarahan kepada sahabat sendiri. Tetaplah bersabar dalam menjalani takdir-takdir yang telah Allah tuliskan untuk kita jauh sebelum kita terlahir ke muka bumi ini. Sesuatu yang terlihat baik dalam pandangan mata manusia belum tentu itu baik. Begitupun sebaliknya. Kejadian yang menurut hati kita tidak menyenangkan dan tidak sesuai dengan keinginan hati boleh jadi itu cara Allah menyelamatkan hambaNYA dari marabahaya.

Hal-hal yang terjadi tak sesuai dengan keinginan dan harapan walaupun kita sudah berusaha maksimal sering mampir dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak perlu jengkel apalagi patah semangat dengan kondisi seperti itu. Perlu kita ketahui kondisi-kondisi seperti ini merupakan cara Allah untuk menghindarkan kita dari marabahaya. Jadi berdamailah dengan keadaan.

Sebuah keterlambatan dan kelalaian apapun itu bukan satu hal yang dapat dibenarkan. Namun kewajiban kita sebagai makhluk Sang Pencipta hanya melakukan ikhtiar dan do’a terbaik dalam setiap langkah dan keputusan yang kita ambil. Hasil akhirnya itu sepenuhnya hak Allah yang menentukan. Manusia hanya berperan sebagai perencana dan berusaha. Hasil seutuhnya itu hak Allah.

Maka dari itu, setelah kita berusaha melakukan yang terbaik apapun hasilnya tetaplah berprasangka baik pada Sang Pencipta. Sangat mustahil Sang Pencipta menginginkan keburukan pada hamba yang telah diciptakan dengan penuh cinta dan kasih sayang.Wallahua’alam Bisawwab

 

NB : Alhamdulillah, muat di koran Singgalang ; 11 Desember 2017


Guru Sang Pengukir Peradaban

Guru Sang Pengukir Peradaban

 

Oleh : Herlin Variani,S.Pd.

Guru SDN 11 Padang Sibusuk

 

Saat mendengar kata guru, itu tidak terlepas dari kata murid atau siswa. Baik itu dalam ruang lingkup pendidikan formal maupun non formal. Kata guru terlahir karena ada kata murid. Guru dan murid merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Baik dari segi aktifitas, bahasa, dan sikap yang mereka miliki biasanya sejalan.

Guru akan selalu menjadi pedoman bagi murid-muridnya. Menjadi idola yang tak terungkapkan oleh lisan. Khususnya guru Sekolah dasar. Meraka bak malaikat dalam pandangan simurid. Kata-kata guru lebih sakti ketimbang perkataan orang tua kandungnya sendiri.

Tak peduli siguru ini bawahan orang tuanya sekalipun, simurid tetap beranggapan bahwa gurunyalah yang paling benar. Semuanya dikerjakan berdasarkan perkataan guru. Tak jarang dirumah mereka memberikan wejangan-wejangan pendek terhadap orang tuanya berdasarkan nasehat guru di sekolah.

Tingkah polah anak seperti ini kerap kali membuat orang tua cemburu. Guru orang yang baru saja dikenal dan ditemui langsung mencuri perhatian sianak. Langsung mendominasi posisi dihati anak. Tanpa peduli asal usul guru. Bahkan anak kadang menuntut orang tua mengikuti apapun yang disampaikan gurunya. Tak jarang mereka membandingkan orang tua dengan guru yang bak pelindung dan penyelamat ini.

Bagi guru sekolah dasar hal ini merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri yang tidak didapatkan oleh  banyak orang. Kebahagiaan yang tak dapat dilukiskan dengan kata serta tak dapat dibeli dengan uang. Namun demikian guru harus ekstra hati-hati. Walaupun guru dipandang sebagai manusia super oleh muridnya, jangan berhenti belajar. Belajar untuk terus menata bahasa dan memperbaiki lisan. Lisan yang tidak membawa luka dihati sipendengar. Lisan yang penuh hikmah dan pantas menjadi tuntunan. Lisan yang menyelamatkan perasaan dan memberikan ketenangan pada murid.

Lisan yang penuh muatan moral. Selain itu guru juga harus selalu belajar untuk memenej diri dan hati. Seburuk-buruknya suasana hati, tetaplah perlihatkan senyuman termanis penuh keihklasan yang terlahir dari hati yang tulus. Senyuman pelepas dahaga untuk simurid yang kehausan ditengah padang perjuangan menuntut ilmu. Tak perlulah murid tau apalagi merasakan tekanan saat guru memiliki persoalan besar bahkan munkin tekanan batin. Disinilah kedewasaan seorang guru akan terlihat. Meletakkan sesuatu pada tempatnya. Tidak mencampur adukkan urusan pribadi dengan urusan sekolah.

Bahkan ada sebuah ungkapan yang mengatakan, harimau sekalipun yang ada dalam perut guru, tapi yang dikeluarkan dihadapan murid tetaplah kelinci nan cantik dan lucu. Karena anak-anak lebih menyukai kelinci ketimbang harimau yang buas dan mengancam keselamatan jiwa.

Apakah sikap semacam ini bentuk kemunafikkan dan penuh kepalsuan? Jawabannya tidak. Karena semuanya dilakukan dari hati dan penuh keikhlasan. Dipersembahkan dengan penuh cinta dan kasih sayang. Saat cinta sudah berbicara maka tak ada kepura-puraan disana. Seluruh yang dipersembahkan dipenuhi oleh energi murni. Energi-energi positif yang membawa kekuatan.

Ini bukan berarti menuntut guru harus menjadi manusia sempurna tanpa celah kekhilafan sama sekali. Namun guru penting untuk terus belajar menjadi lebih baik karena mereka akan menjadi tauladan dan pedoman untuk murid-murid mereka.

Khususnya guru sekolah dasar, murid mereka seperti kertas putih yang masih kosong. Apapun tingkah guru akan ditiru oleh murid yang menjadi peniru ulung. Mereka pasrah mau diukir dan dibentuk menjadi apapun tanpa perlawanan. Tak tau guru ini salah atau benar mereka akan tetap meniru.

Oleh sebab itu guru harus berhati-hati dalam bersikap. Memilih dan memilah lisan yang akan dikeluarkan. Mengawali langkah setiap menuju sekolah dengan niat baik dan dipenuhi energi positif agar bisa memberikan yang terbaik kepada generasi muda penerus bangsa. Seluruh tindak tanduk guru sang pengukir peradaban ini akan sangat mempengaruhi bagaimana bangsa ini kedepannya.

Jangan ada kekerasan terhadap murid yang akan meneruskan perjuangan ini nantinya. Karena kekerasan akan membentuk murid menjadi generasi keras yang tidak peduli dengan sesama. Baik kekerasan secara fisik maupun non fisik akan berdampak buruk pada murid. Maka bisa dibayangkan, seperti apa nanti kondisi bangsa kita kedepannya jika generasi penerusnya dipegang oleh orang-orang yang dididik dengan kekerasan.

Hari ini mereka memang berstatus sebagai murid patuh pada perintah guru. Namun beberapa tahun kedepan kendali negeri ini akan dipegang oleh mereka. Jangan sampai kita terjajah oleh generasi sendiri akibat salah didik oleh si guru sang pengukir peradaban.

Guru sebagai tokoh pengukir peradaban, buatlah ukiran yang indah dengan penuh cinta. Supaya bisa melahirkan generasi emas yang akan membawa kemaslahatan umat. Jangan paksa mereka langsung mengerti dengan apa yang kita inginkan.

Beri mereka waktu untuk mencerna pesan yang kita sampaikan. Jangan belenggu mereka dengan banyak tugas yang mencuri waktu bermain mereka. Berikan mereka ruang untuk bermain dan waktu untuk lebih mengenal lingkungan sekolahnya.

NB : Alhamdulillah, tulisan ini muat di koran Singgalang; 22 Desember 2017

Guru Sakit Gigi

Guru Sakit Gigi

Herlin Variani

Guru SDN 11 Padang Sibusuk

 

“Lebih baik sakit gigi…dari pada sakit hati…red”

Sebuah lirik lagu yang kerap kali terdengar diera 90-an dulu. Tembang yang dinyanyikan oleh seorang laki-laki ini sangat popular di zamannya. Masyarakat banyak ikut menyenandungkan lirik ini. Seolah mereka benar-benar yakin bahwa sakit gigi bukan masalah besar.

Namun diakhir tahun 2017 ini penulis baru merasakan bahwa senandung yang sering didengar di zaman SD ini sama sekali tak benar. Andai hati bisa memilih, jangan pernah sakit gigi ini singgah. Karena sakit yang dirasakan luar biasa. Sekali disapa oleh si Mister sakit gigi langsung dapat yang super. Saat proses belajar mengajar di kelas sedang berlangsung, rasa sakit luar biasa menyerang rahang bawah bagian kanan. Badan menggigil dan panas dingin. Bibirpun terasa gatal dan serasa tusuk-tusuk jarum. Rahang bawah terasa penat-penat. Mata mulai berkunang-kunang.

Karena serangan rasa sakit yang luar biasa, akhirnya diputuskan meninggalkan ruangan kelas enam yang diampu saat itu sejenak. Menuju puskesmas terdekat. Setelah diperiksa, akhirnya mendapat sebuah vonis diluar dugaan dari dokter cantik nan ramah.

“Gigi terakhir ibuk tumbuh dengan posisi tidak normal. Selain posisi tidak normal, gigi bungsu ini juga sudah mengalami kerusakan. Ini sakitnya luar biasa ketimbang sakit gigi yang biasa dihadapi banyak orang. Sampai di kota Solok nanti (kebetulan penulis berdomisili di Solok), segera di bawa ke rumah sakit terdekat.” Sang dokter menjelaskan.

“Ya Rabb. Sekali kedatangan sakit gigi, dapat yang super.”

“Harus segera dilakukan operasi. Kalau tidak dia akan membuat kerusakan pada gigi di depannya.”

Ujarnya lagi sambil menuliskan resep. Walaupun penjelasan ini membuat shock, namun sebagai seorang terdidik dan berprofesi sebagai guru, penulis harus tetap tenang.

Dengan tenang, langkah kaki menuntun ke ruang belajar yang sempat ditinggalkan sejenak sembari membawa obat yang telah didapatkan dari apotik. Setelah minum obatpun rasa sakit masih menyerang dengan hebatnya. Dalam sakit gigi hatipun berkata,

“Ah, lagu lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati itu sama sekali tidak benar.”

Ingin rasanya hati bertanya padang orang-orang yang dulu sering menyanyikan lirik ini. Atas dasar apa lirik itu dinyanyikan. Bahkan dengan polosnya dulu, penulispun sempat menyanyikan lirik pendek itu.

Sakit gigi tidak ada enak-enaknya. Kalau boleh berharap, jangan pernah sakit gigi ini singgah pada diri. Selain rasa sakit luar biasa yang menyerang, makanpun sulitnya bukan main. Cacing-cacing diperut bersemangat minta jatah, namun apa daya, gigi menolak makanan lewat. Ini membuktikan bahwa sakit gigi bisa menyebabkan sakit-sakit lainnya. Bahkan bisa membuat penderitanya diserang oleh rasa sakit hati. Lagi-lagi hati bersikeras mengatakan bahwa sakit gigi tidak ada enaknya.

Namun dampak positif dari sakit gigi ini ada. Ibarat kata pepatah, segala sesuatu itu pasti ada hikmahnya. Banyak yang mengatakan sakit gigi bisa membuat sipenderita dibelenggu kemarahan. Mendengar orang bercerita marah. Melihat ayam berkokok marah. Namun semua ini terbantahkan oleh penulis. Siswa yang tidak tau gurunya sedang sakit gigi, tetap banyak bertanya. Bahkan sedikit kenakalan anak-anak pun mereka perlihatkan. Namun demikian tak ada sedikitpun terbersit dihati ingin marah pada mereka.

Bahkan zaman tempo dulu pernah mendengar dari orang yang pernah sakit gigi juga, katanya kalau sedang sakit gigi rasanya ingin makan orang. Ini juga terbantahkan. Siswa yang keluar dari kelas semuanya utuh. Tidak ada yang tewas karena dimakan oleh siguru yang sedang sakit gigi.

Tidak ada sedikitpun keinginan untuk marah pada siswa yang sedang dihadapi. Bahkan ada yang mengajak bercanda penulispun tidak marah. Karena jauh dilubuk hati paling dalam, sebagai seorang guru tersimpan rasa cinta luar biasa kepada siswa. Rasa cinta kepada generasi muda yang diyakini akan menjadi penerus perjuangan ini dalam membangun peradaban bangsa.

Saat kita mendidik dengan penuh cinta dan kasih sayang, diiringi ketulusan dan keikhlasan, maka sakit gigipun tak menjadi penghalang untuk terus mentransfer ilmu pada siswa. Sakit gigi tidak enak, tapi juga bukan penghalang untuk melaksanakan tugas sebagai guru. Bukan sakit gigi yang membuat kita bahkan seorang guru mudah marah, tapi suasana hati. Sakit gigi dihadapi dengan suasana hati yang tenang tetap akan membuat semuanya adem.Tidak benar sakit gigi menjadi sumber kemarahan. Namun memang membuat sipenderita agak sedikit pendiam.

Malahan saat dicoba bercerita pelan-pelan dengan siswa, rasa sakit mulai terlupakan. Tawa renyah dan bahasa-bahasa kritis yang lahir dari lisan polos mereka membuat nyeri luar biasa perlahan reda. Tidak adil rasanya jika sakit yang kita rasakan juga menyakiti orang-orang yang ada disekitar kita. Khususnya siswa kita. Mereka semua adalah manusia yang punya hati seperti kita. Mereka layaknya mendapat curahan ilmu dan kasih sayang dari guru. Bukan sebagai tempat hempasan kemarahan.

Apa jadinya bangsa ini dikemudian hari, jika sang pendidik menjadikan alasan sakit gigi sebagai pemicu kemarahan pada siswanya. Apapun alasannya, siswa bukan untuk dimarahi apalagi dikasari. Jangan jadikan sakit gigi atau sakit-sakit yang lainnya sebagai alasan untuk melepaskan kemarahan dan kedongkolan hati sang guru kepada siswa.

Jadilah guru yang baik dan penuh cinta. Ukir siswa ini menjadi generasi berkualitas yang siap terjun dalam membangun peradaban bangsa ini menjadi bangsa yang lebih manusiawi. Cetak mereka menjadi pionir-pionir penerus perjuangan kita dalam mengisi kemerdekaan ini. Agar bangsa ini menjadi bangsa yang cerdas dan tidak terjajah lagi dalam bidang apapun.

NB : Muat di koran Singgalang, 17 Januari 2018