NENEK TOYO SHIBATA
Oleh : Herlin Variani,S.Pd
“What? Menulis? Are you serious?"
Pertanyaan penuh cemooh di sebuah kantor itu diiringi suara tawa yang begitu
riuh.
"Situ aja yang masih muda dan sehat.
Kami dah tua dan sakit-sakitan." Imbuh yang lain. Tak ayal, suara gelak
tawa semankin pecah dan terus bersahut-sahutan.
***
Pernah
melihat kejadian seperti ini? Atau pernah merasakannya langsung? Benarkah
menulis itu sulit? Kemampuan yang hanya dimiliki oleh pemuda saja? Atau oleh
orang yang sehat saja? Apakah kemampuan menulis hanya milik manusia tertentu
saja?
Mari
kita coba kupas satu persatu tentang beberapa penulis yang melegenda berikut
ini.
Toyo
Shibata. Itu namanya. Munkin tak banyak yang kenal, bagi yang malas membaca. Ia
seorang penulis puisi dari Jepang. Beliau seorang pensiunan yang mulai menulis
ketika usia sudah menginjak sembilan puluh dua tahun. Saat berumur sembilan puluh
delapan tahun, buku pun mulai disusun.
Ketika
memasuki tahun ke sembilan sembilan dalam kehidupannya, antalogi pertamanya
yang berjudul kujikenaide diterbitkan.
Dalam bahasa Inggris Don’t Lose Heart,
atau sebagian menerjemahkan dengan Don’t
Be Frustated.
Angka penjualan sangat fantastis, yaitu 1,58
juta eksemplar. Otomatis gelar penulis best
seller diraih pada tahun 2010 oleh seorang nenek, yang kalau di negeri kita
itu sudah masuk kategori usia sangat uzur.
Beliau
menunjukkan pada dunia, usia tak jadi penghalang untuk melahirkan karya.
Beliau
tutup usia pada umur seratus satu tahun. Namun karyanya masih dinikmati banyak
orang sampai hari ini. Berapa umurmu sekarang sahabat?
Kita
coba lirik tokoh lain. Dahlan Iskan. Itu nama yang penulis pilih berikutnya.
Salah satu putra bangsa Indonesia yang pernah menjabat sebagai seorang menteri
di negeri ini.
Beliau
juga sangat suka merangkai kata penuh makna. Salah satu karya beliau berjudul
"Ganti hati". Sekilas, dua kata itu terlihat mengerikan. Topik ganti
hati, bukan sekadar majas sebagi penarik mata yang melihat. Namun itu memiliki
makna sesungguhnya.
Kapan
itu ditulis? Saat beliau sakit. Tapi bukan sakit flu biasa. Melainkan harus
menjalani operasi pengangkatan dan proses transplantasi hati. Itu bukan
penyakit ringan kawan. Namun beliau mampu melahirkan sebuah karya dalam kondisi
yang jauh dari kata sehat itu.
Ternyata
sakit tak menghalangi anak manusia untuk berkarya
Percayakah
sahabat? Ada penulis yang mampu melahirkan karya walaupun tak punya tangan dan
kaki? Siapa dia?
Cari
sendiri ya, penulis membuat tulisan ini saat berada di atas bus dalam
perjalanan pulang ke rumah dari tempat kerja. Alhamdulillah sekarang sudah
hampir sampai, jadi kapan-kapan dilanjutkan lagi.
Satu
pesan untuk kita semua, teruslah menulis untuk keabadian. Berikan hadiah pada
diri sendiri dengan melahirkan karya. Munkin menurut kita, oretan yang dilahirkan
tidak bermakna. Namun bisa jadi itu berdaya dobrak besar untuk pembaca.
Satu
tujuan terbaik agar semangat menulis terjaga adalah untuk ibadah. Menebar
manfaat untuk orang banyak.
Mampu
menulis karena ada kemauan dan banyak latihan. Bukan karena anda luar biasa.
Key...See
you next time. Saling mendoakan ya guys. Semangat selalu untuk melahirkan
karya. Kita layak untuk itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar