Herlin
Variani,S.Pd.
Guru SDN 11 Padang Sibusuk/ Pembina Assalam Kota solok
Hari ini semua orang tidak ada
yang tidak kenal dengan makhluk kecil yang seolah bisa mengendalikan hidup umat
manusia bahkan mampu mengendalikan dunia.. Tidak hanya sekedar kenal bahkan
sangat akrab dengan makhluk yang satu ini. Tua, muda,yang berpendidikan serta
yang tidak berpendidikan akrab dengan makhluk mungil ini. Begitupun dengan
anak-anak yang berstatus sebagai siswa atau pelajar. Apakah itu? Ya, tepat
sekali. Smartphone nama kerennya. Gadget bahasa lainnya.
Smartphone sesuai dengan namanya, ia makhluk yang
sangat smart dan sangat cerdas. Kecerdasan
yang dimiliki simungil ini, membuat orang bisa lupa makan, lupa waktu, lupa
belajar, lupa tugas-tugas sekolah, bahkan lupa dengan kehidupannya sendiri.
Kondisi ini juga terjadi di kalangan
pelajar. Bukan hanya pelajar SLTA dan SLTP. Pelajar SD pun tak luput dari racun
smartphone yang mematikan. Mematikan
kreatifitas dan imajinasi positif pada anak sejak dini. Siswa SD cenderung keracunan
game. Game-game menarik yang tersedia pada aplikasi smartphone dan yang bisa didownload
secara bebas selalu menggoda jiwa anak.
Banyak orang meninggalkan kehidupannya di
dunia nyata dan berhijrah kedunia maya. Duduk bersama diruang keluarga namun
kepala tertunduk dengan khusuknya, mata tak berkedip menatap layar mungil dan
jari jemari menari indah di layar kaca. Hening, sunyi senyap tanpa suara. Orang
tua dan sikakak sibuk dengan whatsApp nya,
Si adek kecil yang masih SD juga sibuk dengan smartphone nya. Smartphone yang
dipenuhi game-game penuh kekerasan
dan pakaian terbuka. Pesan motifasi “try
again” yang selalu muncul saat anak mengalami kekalahan membuat mereka tak
pernah bosan untuk mencoba lagi.
Sikap-sikap apatis pun mulai
meraja tanpa ampun. Satu sama lain tak lagi saling peduli. Semua asyik
berselancar di dunia maya dengan smartphone cantiknya. Ketika seorang sahabat
jatuh sakit terbaring lemas, ucapan doa-doa pun ramai berdatangan di dunia
maya. Mirisnya wujud mereka tak terlihat menjenguk sisakit. Saat tetangga
menemui ajalnya, ucapan berlasungkawapun membanjiri medsos-medsos sijenazah
tanpa ada yang hadir dipemakamannya. Begitu mengerikannya dampak yang
disebarkan oleh sicantik nan mungil bernama smartphone
ini.
Dampak mengerikan smartphone zaman now tak hanya menyerang orang dewasa lain. Namun juga menyerang
pelajar SD. Sibuk bermain game di smartphone membuat anak tak mengindahkan panggilan orang
tuanya. Mereka terbenam dalam keasyikannya
dengan smartphone. Panggilan
teman-teman untuk bermain tak menarik perhatian anak yang telah keracunan ini.
Tugas-tugas sekolah dari guru tak sempat untuk dilihat apalagi dikerjakan.
Karena keasyikan dengan game di smartphone ini sianak tidur larut malam dan bangun kesiangan. Pergi
sekolah dengan mata lelah dan pikiran kusut. Mengikuti pelajaran sambil
ketiduran. Kalau sudah seperti ini, maka sianak tak akan mampu diajak untuk
berpikir kritis dalam belajar.
Kasih sayang orang tua kepada
anak yang diwujudkan dengan cara memberikan apapun yang mereka minta termasuk
pemenuhan permintaan terhadap smartphone.
Ini merupakan sikap keliru orang tua yang bisa berakibat buruk terhadap anak. Pemberian
smartphone pada anak kadang juga
salah satu cara orang tua untuk mengelak dari tugas pokoknya sebagai orang tua.
Dengan memberikan smartphone pada
anak, maka sianak tak lagi merengek untuk diperhatikan oleh orang tua. Orang
tua mendapat kebebasan dan tidak perlu membersamai anak secara full dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
Tanpa disadari sikap orang tua
yang seperti ini membahayakan kepribadian anak. Bahkan membahayakan masa depan
anak.
Ketika simungil nan smart ini berada di tangan anak-anak
kita, bukan anak yang mengendalikan dia, tapi sebaliknya. Anak yang dikendalikan
oleh smartphone yang menfasilitasi mereka
untuk bermain game, berselancar di
dunia maya tanpa batas. Bertemu dengan teman-teman baru yang sejalan dengan
mereka. Mendapatkan kebebasan dalam bergaul, berbicara, bersikap. Kebebasan
seperti ini tak mereka dapatkan dari orang tua dan guru di dunia nyata. Ini
membuat mereka semankin larut dalam kesemuan.
Pergaulan bebas, segala macam
yang berbau pornografi, game yang melenakan tersaji indah mengendalikan otak
dan aktifitas anak. Akibatnya perkataan orang tua tak lagi didengar. Nasehat
guru tak lagi singgah dipikiran mereka. Pelajaran di sekolah serasa neraka yang
penuh derita. Pergi ke sekolah hanya sebagai syarat agar mendapatkan uang jajan
dari orang tua, dan paket datapun tak terputus. Pengaruh sicantik smartphone telah membuat generasi
penerus muda ini autis dan terbelenggu di dunia maya. Pikiran mereka terpenjara
oleh hal-hal yang tidak bermanfaat yang membuat mereka tak mampu berkembang.
Mengkonsumsi pornografi
mengakibatkan kerusakan yang fatal pada otak anak. Kerusakan pada otak anak
yang suka pornografi sama seperti kerusakan mobil akibat benturan keras. Pree Frontal Cortex (PFC),bagian otak
alis kanan atas akan rusak ketika anak melihat pornografi. PFC merupakan pusat
nilai, moral, tempat dimana merencanakan masa depan , tempat mengatur manajemen
diri.
Jika PFC yang sering disebut juga
sebagai dirketur yang mengarahkan kita ini sudah rusak, mau jadi apa mereka.
Kerusakan otak akibat pornografi ini lebih fatal jika dibanding dengan
kerusakan yang diakibatkan oleh narkoba.
Itu baru satu dampak dari
fasilitas yang disediakan smartphone.
Dampak game juga tidak kalah hebatnya terhadap anak. Selain menyita waktu anak,
juga bisa membuat anak tak peduli dengan sesama, acuh tak acuh, apatis dan
cenderung kasar. Kalau kita amati di sekolah, permainan yang penuh kekerasan
yang biasa mereka mainkan pada smartphone
mereka praktekkan di sekolah. Permainan yang penuh kekerasan fisik, bahkan
mengakibatkan teman-teman mereka babak belurpun tak memunculkan rasa iba dihati
mereka. Kekerasan yang terjadi mendapatkan respon tawa renyah dari teman-teman
seusianya. Tanpa ada keinginan untuk membantu dan menghindarkan korban
kekerasan dari bahaya yang mengancam hidup sikorban. Makanya sekarang tak aneh
lagi kita membaca berita siswa kelas dua SD tewas ditangan teman-temannya di
sekolah. Masih banyak lagi dampak-dampak racun smartphone yang akan membahayakan masa depan anak.
Karenanya guru harus mengambil
perannya sebagai pendidik di sekolah. Sajikan pendidikan yang menarik dan
berkarakter kepada anak. Jadilah sahabat-sahabat yang baik untuk mereka.
Pengertian dan memiliki sikap menyenangkan buat sianak. Hingga mereka tidak
mencari jalan lain untuk pelarian seperti smartphone.
Jangan menjadi hakim yang selalu siap mengetukkan palu hukuman saat siswa punya
kesalahan. Jadilah guru terbaik yang siap membangun generasi bangsa sejak dini.
Begitu juga dengan orang tua. Jangan hanya
sibuk dengan aktifitas sendiri. Sempatkan dan berikan waktu luang yang
berkualitas untuk anak. Anak merupakan aset masa depan kita. Jangan gantikan
peran kita sebagai orang tua dengan smartphone.
Pun saat anak diizinkan menggunakan smartphone,
berikan pengawasan yang ketat dan pakai batas waktu. Ikut bermain bersama
mereka diusia emas ini. Jangan sampai masa kanak mereka dicuri oleh simungil smartphone yang tidak akan pernah mau
bertanggung jawab atas dampak buruk yang diberikannya. Mencintai dan menyayangi
anak bukan berarti memberikan apa yang mereka mau. Kebebasan yang diberikan
kebebasan yang terbatas.
NB : Alhamdulillah, dimuat di koran SInggalang, 15 Desember 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar