Selasa, 28 Juli 2020

Siswa Smartphone Zaman Now


Herlin Variani,S.Pd.
Guru SDN 11 Padang Sibusuk/ Pembina Assalam Kota solok
                              
Hari ini semua orang tidak ada yang tidak kenal dengan makhluk kecil yang seolah bisa mengendalikan hidup umat manusia bahkan mampu mengendalikan dunia.. Tidak hanya sekedar kenal bahkan sangat akrab dengan makhluk yang satu ini. Tua, muda,yang berpendidikan serta yang tidak berpendidikan akrab dengan makhluk mungil ini. Begitupun dengan anak-anak yang berstatus sebagai siswa atau pelajar. Apakah itu? Ya, tepat sekali. Smartphone nama kerennya. Gadget bahasa lainnya.
Smartphone sesuai dengan namanya, ia makhluk yang sangat smart dan sangat cerdas. Kecerdasan yang dimiliki simungil ini, membuat orang bisa lupa makan, lupa waktu, lupa belajar, lupa tugas-tugas sekolah, bahkan lupa dengan kehidupannya sendiri.
Kondisi ini juga terjadi di kalangan pelajar. Bukan hanya pelajar SLTA dan SLTP. Pelajar SD pun tak luput dari racun smartphone yang mematikan. Mematikan kreatifitas dan imajinasi positif pada anak sejak dini. Siswa SD cenderung keracunan game. Game-game menarik yang tersedia pada aplikasi smartphone dan yang bisa didownload secara bebas selalu menggoda jiwa anak.
 Banyak orang meninggalkan kehidupannya di dunia nyata dan berhijrah kedunia maya. Duduk bersama diruang keluarga namun kepala tertunduk dengan khusuknya, mata tak berkedip menatap layar mungil dan jari jemari menari indah di layar kaca. Hening, sunyi senyap tanpa suara. Orang tua dan sikakak sibuk dengan whatsApp nya, Si adek kecil yang masih SD juga sibuk dengan smartphone nya. Smartphone yang dipenuhi game-game penuh kekerasan dan pakaian terbuka. Pesan motifasi “try again” yang selalu muncul saat anak mengalami kekalahan membuat mereka tak pernah bosan untuk mencoba lagi.
Sikap-sikap apatis pun mulai meraja tanpa ampun. Satu sama lain tak lagi saling peduli. Semua asyik berselancar di dunia maya dengan smartphone cantiknya. Ketika seorang sahabat jatuh sakit terbaring lemas, ucapan doa-doa pun ramai berdatangan di dunia maya. Mirisnya wujud mereka tak terlihat menjenguk sisakit. Saat tetangga menemui ajalnya, ucapan berlasungkawapun membanjiri medsos-medsos sijenazah tanpa ada yang hadir dipemakamannya. Begitu mengerikannya dampak yang disebarkan oleh sicantik nan mungil bernama smartphone ini.
Dampak mengerikan smartphone zaman now tak hanya menyerang orang dewasa lain. Namun juga menyerang pelajar SD. Sibuk bermain game di smartphone  membuat anak tak mengindahkan panggilan orang tuanya. Mereka terbenam dalam keasyikannya  dengan smartphone. Panggilan teman-teman untuk bermain tak menarik perhatian anak yang telah keracunan ini. Tugas-tugas sekolah dari guru tak sempat untuk dilihat apalagi dikerjakan.
Karena keasyikan dengan game di smartphone ini sianak tidur larut malam dan bangun kesiangan. Pergi sekolah dengan mata lelah dan pikiran kusut. Mengikuti pelajaran sambil ketiduran. Kalau sudah seperti ini, maka sianak tak akan mampu diajak untuk berpikir kritis dalam belajar.
Kasih sayang orang tua kepada anak yang diwujudkan dengan cara memberikan apapun yang mereka minta termasuk pemenuhan permintaan terhadap smartphone. Ini merupakan sikap keliru orang tua yang bisa berakibat buruk terhadap anak. Pemberian smartphone pada anak kadang juga salah satu cara orang tua untuk mengelak dari tugas pokoknya sebagai orang tua. Dengan memberikan smartphone pada anak, maka sianak tak lagi merengek untuk diperhatikan oleh orang tua. Orang tua mendapat kebebasan dan tidak perlu membersamai anak secara full dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Tanpa disadari sikap orang tua yang seperti ini membahayakan kepribadian anak. Bahkan membahayakan masa depan anak.
Ketika simungil nan smart ini berada di tangan anak-anak kita, bukan anak yang mengendalikan dia, tapi sebaliknya. Anak yang dikendalikan oleh smartphone yang menfasilitasi mereka untuk bermain game, berselancar di dunia maya tanpa batas. Bertemu dengan teman-teman baru yang sejalan dengan mereka. Mendapatkan kebebasan dalam bergaul, berbicara, bersikap. Kebebasan seperti ini tak mereka dapatkan dari orang tua dan guru di dunia nyata. Ini membuat mereka semankin larut dalam kesemuan.
Pergaulan bebas, segala macam yang berbau pornografi, game yang melenakan tersaji indah mengendalikan otak dan aktifitas anak. Akibatnya perkataan orang tua tak lagi didengar. Nasehat guru tak lagi singgah dipikiran mereka. Pelajaran di sekolah serasa neraka yang penuh derita. Pergi ke sekolah hanya sebagai syarat agar mendapatkan uang jajan dari orang tua, dan paket datapun tak terputus. Pengaruh sicantik smartphone telah membuat generasi penerus muda ini autis dan terbelenggu di dunia maya. Pikiran mereka terpenjara oleh hal-hal yang tidak bermanfaat yang membuat mereka tak mampu berkembang.
Mengkonsumsi pornografi mengakibatkan kerusakan yang fatal pada otak anak. Kerusakan pada otak anak yang suka pornografi sama seperti kerusakan mobil akibat benturan keras. Pree Frontal Cortex (PFC),bagian otak alis kanan atas akan rusak ketika anak melihat pornografi. PFC merupakan pusat nilai, moral, tempat dimana merencanakan masa depan , tempat mengatur manajemen diri.
Jika PFC yang sering disebut juga sebagai dirketur yang mengarahkan kita ini sudah rusak, mau jadi apa mereka. Kerusakan otak akibat pornografi ini lebih fatal jika dibanding dengan kerusakan yang diakibatkan oleh narkoba.
Itu baru satu dampak dari fasilitas yang disediakan smartphone. Dampak game juga tidak kalah hebatnya terhadap anak. Selain menyita waktu anak, juga bisa membuat anak tak peduli dengan sesama, acuh tak acuh, apatis dan cenderung kasar. Kalau kita amati di sekolah, permainan yang penuh kekerasan yang biasa mereka mainkan pada smartphone mereka praktekkan di sekolah. Permainan yang penuh kekerasan fisik, bahkan mengakibatkan teman-teman mereka babak belurpun tak memunculkan rasa iba dihati mereka. Kekerasan yang terjadi mendapatkan respon tawa renyah dari teman-teman seusianya. Tanpa ada keinginan untuk membantu dan menghindarkan korban kekerasan dari bahaya yang mengancam hidup sikorban. Makanya sekarang tak aneh lagi kita membaca berita siswa kelas dua SD tewas ditangan teman-temannya di sekolah. Masih banyak lagi dampak-dampak racun smartphone yang akan membahayakan masa depan anak.
Karenanya guru harus mengambil perannya sebagai pendidik di sekolah. Sajikan pendidikan yang menarik dan berkarakter kepada anak. Jadilah sahabat-sahabat yang baik untuk mereka. Pengertian dan memiliki sikap menyenangkan buat sianak. Hingga mereka tidak mencari jalan lain untuk pelarian seperti smartphone. Jangan menjadi hakim yang selalu siap mengetukkan palu hukuman saat siswa punya kesalahan. Jadilah guru terbaik yang siap membangun generasi bangsa sejak dini.
 Begitu juga dengan orang tua. Jangan hanya sibuk dengan aktifitas sendiri. Sempatkan dan berikan waktu luang yang berkualitas untuk anak. Anak merupakan aset masa depan kita. Jangan gantikan peran kita sebagai orang tua dengan smartphone. Pun saat anak diizinkan menggunakan smartphone, berikan pengawasan yang ketat dan pakai batas waktu. Ikut bermain bersama mereka diusia emas ini. Jangan sampai masa kanak mereka dicuri oleh simungil smartphone yang tidak akan pernah mau bertanggung jawab atas dampak buruk yang diberikannya. Mencintai dan menyayangi anak bukan berarti memberikan apa yang mereka mau. Kebebasan yang diberikan kebebasan yang terbatas.

NB : Alhamdulillah, dimuat di koran SInggalang, 15 Desember 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar