Minggu, 26 Juli 2020

Guru Sang Pengukir Peradaban

Guru Sang Pengukir Peradaban

 

Oleh : Herlin Variani,S.Pd.

Guru SDN 11 Padang Sibusuk

 

Saat mendengar kata guru, itu tidak terlepas dari kata murid atau siswa. Baik itu dalam ruang lingkup pendidikan formal maupun non formal. Kata guru terlahir karena ada kata murid. Guru dan murid merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Baik dari segi aktifitas, bahasa, dan sikap yang mereka miliki biasanya sejalan.

Guru akan selalu menjadi pedoman bagi murid-muridnya. Menjadi idola yang tak terungkapkan oleh lisan. Khususnya guru Sekolah dasar. Meraka bak malaikat dalam pandangan simurid. Kata-kata guru lebih sakti ketimbang perkataan orang tua kandungnya sendiri.

Tak peduli siguru ini bawahan orang tuanya sekalipun, simurid tetap beranggapan bahwa gurunyalah yang paling benar. Semuanya dikerjakan berdasarkan perkataan guru. Tak jarang dirumah mereka memberikan wejangan-wejangan pendek terhadap orang tuanya berdasarkan nasehat guru di sekolah.

Tingkah polah anak seperti ini kerap kali membuat orang tua cemburu. Guru orang yang baru saja dikenal dan ditemui langsung mencuri perhatian sianak. Langsung mendominasi posisi dihati anak. Tanpa peduli asal usul guru. Bahkan anak kadang menuntut orang tua mengikuti apapun yang disampaikan gurunya. Tak jarang mereka membandingkan orang tua dengan guru yang bak pelindung dan penyelamat ini.

Bagi guru sekolah dasar hal ini merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri yang tidak didapatkan oleh  banyak orang. Kebahagiaan yang tak dapat dilukiskan dengan kata serta tak dapat dibeli dengan uang. Namun demikian guru harus ekstra hati-hati. Walaupun guru dipandang sebagai manusia super oleh muridnya, jangan berhenti belajar. Belajar untuk terus menata bahasa dan memperbaiki lisan. Lisan yang tidak membawa luka dihati sipendengar. Lisan yang penuh hikmah dan pantas menjadi tuntunan. Lisan yang menyelamatkan perasaan dan memberikan ketenangan pada murid.

Lisan yang penuh muatan moral. Selain itu guru juga harus selalu belajar untuk memenej diri dan hati. Seburuk-buruknya suasana hati, tetaplah perlihatkan senyuman termanis penuh keihklasan yang terlahir dari hati yang tulus. Senyuman pelepas dahaga untuk simurid yang kehausan ditengah padang perjuangan menuntut ilmu. Tak perlulah murid tau apalagi merasakan tekanan saat guru memiliki persoalan besar bahkan munkin tekanan batin. Disinilah kedewasaan seorang guru akan terlihat. Meletakkan sesuatu pada tempatnya. Tidak mencampur adukkan urusan pribadi dengan urusan sekolah.

Bahkan ada sebuah ungkapan yang mengatakan, harimau sekalipun yang ada dalam perut guru, tapi yang dikeluarkan dihadapan murid tetaplah kelinci nan cantik dan lucu. Karena anak-anak lebih menyukai kelinci ketimbang harimau yang buas dan mengancam keselamatan jiwa.

Apakah sikap semacam ini bentuk kemunafikkan dan penuh kepalsuan? Jawabannya tidak. Karena semuanya dilakukan dari hati dan penuh keikhlasan. Dipersembahkan dengan penuh cinta dan kasih sayang. Saat cinta sudah berbicara maka tak ada kepura-puraan disana. Seluruh yang dipersembahkan dipenuhi oleh energi murni. Energi-energi positif yang membawa kekuatan.

Ini bukan berarti menuntut guru harus menjadi manusia sempurna tanpa celah kekhilafan sama sekali. Namun guru penting untuk terus belajar menjadi lebih baik karena mereka akan menjadi tauladan dan pedoman untuk murid-murid mereka.

Khususnya guru sekolah dasar, murid mereka seperti kertas putih yang masih kosong. Apapun tingkah guru akan ditiru oleh murid yang menjadi peniru ulung. Mereka pasrah mau diukir dan dibentuk menjadi apapun tanpa perlawanan. Tak tau guru ini salah atau benar mereka akan tetap meniru.

Oleh sebab itu guru harus berhati-hati dalam bersikap. Memilih dan memilah lisan yang akan dikeluarkan. Mengawali langkah setiap menuju sekolah dengan niat baik dan dipenuhi energi positif agar bisa memberikan yang terbaik kepada generasi muda penerus bangsa. Seluruh tindak tanduk guru sang pengukir peradaban ini akan sangat mempengaruhi bagaimana bangsa ini kedepannya.

Jangan ada kekerasan terhadap murid yang akan meneruskan perjuangan ini nantinya. Karena kekerasan akan membentuk murid menjadi generasi keras yang tidak peduli dengan sesama. Baik kekerasan secara fisik maupun non fisik akan berdampak buruk pada murid. Maka bisa dibayangkan, seperti apa nanti kondisi bangsa kita kedepannya jika generasi penerusnya dipegang oleh orang-orang yang dididik dengan kekerasan.

Hari ini mereka memang berstatus sebagai murid patuh pada perintah guru. Namun beberapa tahun kedepan kendali negeri ini akan dipegang oleh mereka. Jangan sampai kita terjajah oleh generasi sendiri akibat salah didik oleh si guru sang pengukir peradaban.

Guru sebagai tokoh pengukir peradaban, buatlah ukiran yang indah dengan penuh cinta. Supaya bisa melahirkan generasi emas yang akan membawa kemaslahatan umat. Jangan paksa mereka langsung mengerti dengan apa yang kita inginkan.

Beri mereka waktu untuk mencerna pesan yang kita sampaikan. Jangan belenggu mereka dengan banyak tugas yang mencuri waktu bermain mereka. Berikan mereka ruang untuk bermain dan waktu untuk lebih mengenal lingkungan sekolahnya.

NB : Alhamdulillah, tulisan ini muat di koran Singgalang; 22 Desember 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar