Selasa, 18 Agustus 2020

BALADA PENULIS PEMULA

Oleh : Herlin Variani,S.Pd.

 

“Idiot!” Komen itu sempat membuyarkan semangat menulisku. Sebagai penulis pemula, aku sangat terpukul dengan komentar sadis itu.

Fenomena yang dihadapi begitu bervariasi. Ketika keinginan menulis berusaha diwujudkan oleh seorang anak manusia. Apalagi jika memberanikan diri untuk mempublish tulisan sederhana yang baru saja ditorehkannya, di akun media sosial yang dipunya.

Dapat dipastikan respon yang dituai begitu beragam. Mulai dari like yang kerap dibubuhkan pada akun media sosial penulis yang baru berusia seumur jagung itu, hingga ejekan pun diterima.

Namun, like itu tak membuat diri melayang. Terhadap tulisan yang disebut begitu mengundang inspirasi. Bukan tak percaya akan ketulusan pujian mereka. Tapi sebagai penulis pemula, diri sangat tau dan memahami kualitas tulisan yang belum teruji.

Begitu juga dengan ejekan yang  dikirimkan. Bahkan pesan picisan bernada rendahanpun Insya Allah tak akan membobol harapan dan tekad yang telah terpatri. Bukan karena merasa kualitas oretan sudah sangat berbobot. Melainkan karena sangat mengerti siapa yang sedang dihadapi.

***

Itu kira-kira suara hati yang acapkali hadir menyapa seorang penulis pemula. Tulisan yang di publikasikan pada waktu yang berbeda mendapat like bertubi-tubi dari followers pada menit yang sama. Bagaimana itu bisa terjadi? Tulisan super panjang yang  masih berefek memusingkan kepala saat dibaca itu, bisa dipahami dalam tempo yang begitu singkat.

Sebagai pemilik tulisan saja, yang telah melahirkan oretan itu, kadang saya masih didera rasa pusing saat membacanya. Apalagi mereka sebagai pembaca yang tentu lebih lihai dalam menilai. Bahkan tak jarang mereka mengirimkan pesan penyemangat via whatsup. Do'a-do'apun mereka kirimkan. Alhamdulillah. Semoga do'a-do'a itu Allah kabulkan. Do'a yang sama untuk mereka.

Namun saat bertanya pada mereka, apa topik pada tulisan yang telah mereka puji? Apa ada kesalahan pengetikan disana? Jawaban tak serta merta didapatkan. Tiba-tiba percakapan via media sosial terjeda. Sungguh sangat mengherankan. Kenapa mereka tidak punya jawaban? Padahal sebelumnya berbicara berapi-api melalui pesan whatsup nya. Itu terjadi berkali-kali dan didapatkan dari orang yang berbeda.

"Ah, ternyata mereka cuma sedekah like di akun media sosial penulis pemula ini sobat".

"Thank you atas sumbangannya." Tawa hampa pun bergema dalam ruang pikiran.

Hal yang sama terjadi ketika ada pihak yang mengejek untaian kata yang sudah dirangkai mati-matian. Ketika ditanya siapa nama tokoh yang disebut dalam artikel yang sedang diejeknya? Mereka tak bisa segera menjawab. Minta saran perbaikanpun tak digubrisnya. Butuh waktu untuk memberikan jawaban. Padahal status masih online. Kenapa pembicaraan tiba-tiba terhenti. Tak selancar pesan ejekan yang baru saja dihadiahkannya. Apa mereka baru akan membaca oretan penulis pemula ini? Ketika pertanyaan tak terduga muncul dari pemilik tulisan yang dihinanya?

Sejak saat itu, sebagai penulis pemula saya mulai menata hati. Tidak terlalu terpengaruh dengan kicauan yang tak memiliki energi positif. Buang saja semua ocehan yang akan mematikan potensi. Jangan terlalu bahagia menerima pujian yang melenakan. Karena, belum tentu mereka yang telah menabur pujian atau menyematkan hinaan itu sudah membaca karya tulis kita dengan saksama. Entah itu membaca sekilas ataupun membaca penuh penghayatan.

Mari sama-sama belajar mengelola pujian dan kritikan tajam sekalipun dengan porsi biasa saja. Agar tak mudah melambung lalu terhempaskan. Itu sangat menyakitkan. Atau terpuruk dengan cercaan. Lalu enggan untuk bangkit lagi. Itu semua akan merugikan diri sendiri.

Jangan pernah berhenti berkarya Teruslah menulis tanpa terhenti oleh komentar orang lain. “Terus saja menulis untuk menuju keabadian serta membuat hidup lebih bermakna.” (Cahyadi Takariawan)

Pengantin Surga

 

Oleh : Herlin Variani,S.Pd

 

Allah Akbar 3x

Alunan suara takbir begitu merdu. Menderu di setiap sudut rumah malam itu. Menghiasi malam tanpa rembulan. Menyapa jiwa yang penat. Lelah melewati perjalanan mengejar kenikmatan dunia fana yang penuh fatamorgana.

Gerimis menderas. Membasahi relung jiwa. Menyaksikan fenomena tak biasa. Tanah suci Mekkah Al Mukarromah sepi pengunjung di musim haji tahun ini. Kalimah talbiyah tak lagi menggema dahysat memenuhi penjuru langit seperti tahun-tahun sebelumnya.

Gelombang manusia tak terlihat. Lautan masa yang biasanya selalu memenuhi padang arafah di hari raya kurban itu, kini seolah sirna. Tak ada nuansa berebutan mengejar “hajar aswad.” Tak terlihat langkah kaki bani Adam dengan lari-lari kecilnya. Untuk mendapatkan syaf  terdepan di Masjidil Haram nan suci itu.

Sepi. Sunyi. Semuanya dipenuhi ketenangan. Keramaian di musim haji tahun ini raib dari pandangan mata.

Karena wabah corona yang menyerang nyaris seluruh daratan di bumi. Membuat berbagai kebijakan diambil. Protap kesehatan di jalankan hampir di seluruh dunia. Demi menjaga keselamatan jiwa manusia. Dari terjangan makhluk tak kasat mata, namun telah membuat banyak korban berjatuhan. Bahkan menyebabkan angka kematian mulai tak terhitung.

Ia bagai laskar di akhir zaman. Menghentikan kebisingan kota. Menyulap keramaian di berbagai tempat menjadi area penuh kesunyian. Bahkan di era new normal ini pun angka positif terdampak covid-19 tetap saja naik dengan tajamnya.

Ini penyebab utama dua kota suci itu menjadi sangat sepi di musim haji tahun ini. Yakni Makkah Al Mukarromah dan Madinah Al Munawarah. Walaupun biasanya terjadi ledakan pengunjung muslim yang berasal dari seluruh penjuru dunia.

Momentum besar bagi umat Islam yang kehadirannya selalu dinantikan tiap tahun, kini disambut dengan hati berembun.

Tapi? Lihatlah! Ada sebuah pemandangan menakjubkan. Memenuhi layar gadget dan media elektronik. Menyajikan gambar bergerak. Aktivitas spiritual di tanah haram yang dilakukan segelintir orang pada hari raya idul adha tahun ini.

Siapa mereka? Mereka adalah para tamu Allah yang terpilih. Mengalahkan ancaman pandemi covid-19. Mereka segelintir umat Islam yang tahun ini mendapatkan hak istimewa. Untuk tetap bisa melaksanakan ibadah haji di tengah wabah corona.

Hamba-hamba pilihan itu tampak berjalan anggun melintasi masjidil haram. Tak ada langkah tergesa dan saling mendahului. Bak pengantin dari surga. Mengelilingi ka’bah dengan tenang. Tanpa ada kerumunan. Gerakannya sangat tertata dan teratur. Tak terlihat aksi saling berdesakan.

Derap langkah penuh kedamaian itu melalui lintasan sa’i. Tak ada kemacetan insan di sana. Cahaya iman terpancar kuat dari wajah mereka. Tamu pilihan. Sedang menikmati hidangan lezat dari surga.

Jiwa tertegun. Benarkah ini petaka? Terhalangnya langkah kaki jutaan umat manusia. Untuk menunaikan rukun islam ke lima.

Bahkan sempat menghadirkan berbagai kecurigaan dan pemikiran buruk dari beberapa kalangan. Karena gagalnya diberangkatkan ke tanah suci tahun ini. Padahal telah sabar menunggu sejak belasan tahun lalu.

Tak sedikit yang meraung. Menyesali keadaan ini. Khawatir usia tak sampai. Jika ibadah dambaan semua anak cucu Adam ini ditunda. Penundaan keberangkatan tahun ini otomatis akan memperlama jadwal menunggu jamaah haji tahun berikutnya.

Kecemasan itu menghadirkan rasa risau dan gundah di hati saudara kita ini. Bahkan bukan tak munkin, rasa resah itu juga menghampiri sanubari kita. Karena juga telah mendaftar dan direncanakan berangkat belasan tahun ke depan. Namun dengan ditundanya keberangkatan jamaah tahun ini, otomatis jadwal kita juga akan tertangguhkan.

Tetapi, di lain sisi nurani bertanya. Mungkinkah ini sebuah skenario indah dari Sang Pemilik Ketetapan? Yang memiliki hak dan kekuasaan secara penuh. Untuk mengatur segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi.

Pikirpun melayang. Sanubari berbisik. Sepertinya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang ingin memanjakan insan pilihannya tahun ini. Menikmati kekhusyukan tanpa adanya gangguan keramaian di Baitullah sana.

Menghadapkan wajah penuh harap dengan kekuatan iman yang dahsyat pada Sang Khalik. Tanpa adanya hiasan kebisingan suara umat manusia.

Gerimis kian menderas di dalam hati. Bukan lagi karena kesedihan yang mendera. Atau karena kecemasan yang semankin mencuat. Bukan karena takut tertunda keberangkatan untuk melaksanakan ibadah haji yaang telah lama diimpikan.

Tetapi air mata yang turun kian deras ini. Disebabkan oleh rasa kecemburuan yang terus memburu. Terhadap mereka hamba istimewa. Yang telah mencuri perhatian Sang Pencipta. Lalu mendapat perlakuan khusus. Menerima rangkulan penuh cinta. Dari Sang Maha Pemilik Cinta.

Menjadi pengantin surga. Dilayani dengan perlakuan spetakuler di kota suci oleh Tuhan Yang Maha Pencipta. Memperoleh keberkahan berlapis di hari raya idul adha ini.

Entah seberapa istimewa ketaatan para tamu Allah itu selama ini. Sebuah amalan unggulan yang munkin mereka miliki. Hingga langkah kaki untuk menunaikan ibadah haji tak terhalang oleh wabah yang sedang melanda. Tak tertahan oleh kebijakan pemerintah yang membatasi jumlah jamaah haji tahun 2020 ini.

Melihat fenomena spetakuler yang terpampang secara terang di hadapan mata, hendaknya kita dapat mengambil pelajaran berharga. Jangan saling melempar tuduhan atas setiap kejadian yang menimpa kehidupan kita. Akan lebih baik jika selalu berpikir positif dalam menghadapi kenyataan yang menghampiri diri.

Sebab,  apa yang anda alami hari ini adalah dampak dari pikiran anda kemarin. Apa yang akan anda alami esok hari adalah dampak dari pikiran anda hari ini. Pikiran yang sedang anda bayangkan saat ini sedang menciptakan kehidupan masa depan anda.” (Dr. Ibrahim Elfiky)


Tangisan sendu di malam takbiran Idul Adha

Kamis, 30 Juli 2020

Kamis, 30 Juli 2020

Tangisan di Malam Arafah

Oleh : Herlin Variani

 

Allah Akbar 3x

Alunan suara takbir begitu merdu. Menghiasi malam tanpa rembulan. Menyapa jiwa yang penat. Lelah melewati perjalanan mengejar kenikmatan dunia yang fana.

Allah Akbar 3x

Gerimis menderas. Membasahi relung jiwa. Menyaksikan fenomena tak biasa. Tanah haram sepi pengunjung. Kalimah talbiyah tak lagi membahana dahysat seperti tahun-tahun sebelumnya.

Allah Akbar 3x

Gelombang manusia tak terlihat. Tapi? Lihatlah! Siapa mereka? Para tamu Allah yang terpilih. Mengalahkan ancaman pandemi covid-19. Berjalan anggun melintasi masjidil haram. Bak pengantin dari surga. Mengelilingi ka’bah dengan tenang. Tanpa ada kerumunan.

Allah Akbar 3x

Derap langkah penuh kedamaian itu melintasi lintasan sa’i. Cahaya iman terpancar kuat dari wajah mereka. Tamu pilihan. Sedang menikmati hidangan lezat dari surga.

Allah Akbar 3x

Jiwa tertegun. Benarkah ini petaka? Terhalangnya langkah kaki jutaan umat manusia. Untuk memnunaikan rukun islam ke lima. Atau ini sebuah skenario indah dari Sang Khalik? Karena ingin memanjakan insan pilihan. Menikmati kekhusyukan menghadapkan wajah pada sang Khalik. Tanpa adanya hiasan kebisingan suara umat manusia.

Allah Akbar 3x

Gerimis kian menderas. Bukan lagi karena kesedihan yang mendera. Melainkan kecemburuan yang memburu. Terhadap mereka hamba istimewa. Yang telah mencuri perhatian Sang Pencipta. Lalu mendapat perlakuan khusus. Menerima rangkulan penuh cinta. Dari sang Maha Pemilik Cinta.

Allah Akbar 3x

Semoga wabah ini segera belalu. Semua jiwa kembali padaNya. Menjauh dari kemaksiatan dan keangkaramurkaan akhir zaman.


Suara hati dari ruang mimpi pena penggerak, Kamis, 30 Juli 2020, 22.00 WIB



Rabu, 29 Juli 2020

Viral Dalam derita


Oleh : Herlin Variani,S.Pd

Mata memanas. Bulir-bulir bening tak terbendung. Menganak sungai membasahi pipi pagi ini. Kebisingan kota seolah menghilang sejenak. Pikiran menerawang ke angkasa. Ada apa dengan negeriku?
Sebuah pemandangan ironis memenuhi layar gadget. Sosok tubuh renta penuh penderitaan. Tiada cahaya menghiasi matanya. Tak ada senyuman bergelayut di bibir.
Hanya tubuh ringkih penuh luka yang terlihat. Terbungkus pakaian yang sudah tak layak pakai. Pandangannya begitu redup. Kelumpuhan menyempurnakan kondisi rentanya.
Tinggal sebatang kara di sebuah hunian yang tidak layak disebut sebagai rumah. Melahirkan rasa iba bagi setiap mata yang memandang.
Jika perut si nenek lapar, ia memukulkan piring plastik ke lantai gubuk. Beruntung jika ada yang mendengar. Makanan pun bisa didapat melaui belas kasihan orang yang melihat.
 Malangnya, jika tak ada yang mendengar isarat dari si nenek, maka ia akan tertidur dalam kondisi perut kosong. Itu yang terlihat pada video yang tersebar tanpa terkendali pada media sosial.
Sebuah pemandangan pilu yang baru saja menggemparkan Ranah Minang. Melalui investigasi masyarakat setempat, terhimpun sebuah data mengejutkan. Ternyata nenek renta penuh derita ini memiliki seorang anak berpendidikan tinggi. Bahkan berkarir sebagai seorang kepala sekolah.
Tak ayal lagi, si anak menjadi santapan bulian. Bahkan bahan empuk untuk mempermanis berita. Hujatan terdengar begitu riuh. Wajah cantik anak terpampang begitu terang. Tak ada pemburaman gambar sama sekali.
Foto-foto cantik itu diiringi dengan pesan kutukan para netizen. Miris. Semua yang berada di posisi penonton merasa benar. Sibuk menghakimi, mencerca bahkan merendahkan.
*** 
Fenomena di atas baru saja terjadi. Menghiasi layar berita yang berasal dari Ranah Minang. Membuat geram setiap mata yang memandang. Kemarahan menyeruak.
Namun, penulis memiliki sedikit pandangan yang berbeda. Tak terbersit keinginan untuk ikut memviralkan berita tersebut. Bahkan mencoba mengingatkan pada rekan kerja. Untuk menghentikan penyebaran berita pilu ini. Karena tidak layak di konsumsi oleh publik.
Pada hakekatnya, penulis tidak memiliki hubungan apapun dengan objek berita yang menggemparkan ini. Kenal saja tidak. Namun, sebagai seorang pendidik, memiliki sebuah pandangan berbeda dengan para netizen. Mohon maaf untuk itu.
 Akan labih bijak jika yang dicari adalah solusi terbaik. Penghujatan belum tentu merubah keadaan. Bukan tidak munkin itu membahayakan dan merugikan banyak pihak.
Akan lebih arif jika kita coba mengkonfirmasi semuanya. Lalu mencarikan jalan terbaik. Hingga tak ada yang dirugikan. Beban psikologis dari berbagai pihak tak berdosa juga bisa diselamatkan.
Bagi kita yang melihat, itu semua bisa menjadi pelajaran berharga. Jangan sampai kita menjadi anak yang menelantarkan orang tua. Begitu banyak jasanya yang tak akan mampu kita balas.
Menyaksikan fenomena ini, sebagai seorang guru dan orang tua kita dapat mengambil hikmah bermanfaat. Hendaknya, kita lebih serius dalam menanamkan pendidikan karakter pada anak.
Akan sangat penting mendahulukan adab sebelum membekali mereka dengan pendidikan formal yang tinggi. Supaya generasi berikutnya yang terlahir tidak hanya cerdas. Tapi juga beradab.
Hingga, mereka tidak melakukan kesalahan yang sama. Menelantarkan orang yang telah membesarkannya. Lalu kita jadi korban berikutanyaa. Na’udzubillah. Semoga kita terhindar dari itu semua.
Tidak kalah pentingnya lagi, sebagai muslim dan kaum beradat kental seperti Minang kabau, hendaknya kita juga pandai dalam mengambil sikap.
Sudah menjadi rahasia umum, Minang Kabau memiliki semboyan yang melekat kuat pada syariat Islam. Yakni, Adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah.
Semboyan singkat ini memilki muatan pesan moral yang sangat padat. Menggambarkan, bahwa seluruh yang terkait dengan adat Ranah Minang ini memiliki dasar al qur’an. Landasan kebenaran yang tak bisa ditawar.
Berangkat dari sana, tak ada satu poin adat pun yang membenarkan kita diperbolehkan membuka aib orang lain. Begitu juga dengan aturan yang tertera pada al qur’an.
Tak ada pembenaran terhadap prilaku membuka kesalahan seseorang. Apa lagi jika itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Kalaupun harus dibuka, tidak untuk disajikan pada publik. Melainkan dalam sebuah ruang tertutup untuk kepentingan tertentu. Misalnya dalam ruang persidangan untuk untuk menyelesaikan sebuah kasus.
Untu kedepannya, mari semua kita bijak dalam bertindak. Apalagi mengelola media sosial. Perlu kehati-hatian yang ekstras. Agar tak salah langkah. Membahayakan diri sendiri dan merugikan orang banyak. Wallahua’alam

 NB : Alhamdulillah, tulisan ini di muat di koran Singgalang, Rabu, 29 Juli 2020 

Selasa, 28 Juli 2020

SUKSES ITU PILIHAN

Herlin Variani, S.Pd (Guru SDN 11 Padang Sibusuk)

 

 

Dalam perjalanan hidup kita kerap menemui kesuksesan maupun kegagalan. Kala kesuksesan hadir akan disambut dengan suka cita. Bahkan dirayakan dengan pesta. Tak jarang  momen kesuksesan membuat kita terlena dan lupa bahwa perjalan masih panjang. Namun bagaimana jika kegagalan yang singgah ? Masihkah rasa suka cita itu bergema ? Sanggupkah senyuman tetap menghiasai bibir ? Atau bahkan hanya akan bermuram durja sepanjang waktu. Seolah langit akan runtuh, matahari tak lagi mampu memunculkan sinarnya dan ditutup dengan kiamat ? Haruskah kegagalan dihadapi dengan cara seperti itu ?

Tidak mesti begitu. Dalam perjalanan hidup akan selalu hadir kegagalan dan kesuksesan. Itu merupakan nada dan melodi yang berbeda. Tentu semuanya kan membuat irama kehidupan menjadi indah. Tidak monoton.

Ketika kesuksesan menghampiri sambutlah ia dengan porsi yang tidak berlebihan. Begitu juga kala momen kagagalan yang datang. Temui ia dengan jiwa yang lapang. Tak perlu ditangisi berkepanjangan  apalagi sampai dilanjutkan dengan keterpurukan. Orang yang ingin sukses harus berani gagal. Tanpa pernah merasakan kegagalan tentu kita tak akan pernah tau apa itu kesuksesan. Hadapi saja kegagalan itu dengan tenang. Kembali bangkit untuk menapaktilasi perjalanan hidup berikutnya. Kembali tata langkah, rapikan rencana dan perkuat amunisi.

Satu hal yang tidak boleh dilupakan bahwa tak ada manusia terlahir dengan gelar gagal atau sukses. Gagal atau sukses merupakan pilihan hidup. Ada yang memilih menjadikan kegagalan dimasa lalu sebagai pelajaran berharga untuk menjadi pengingat dimasa sekarang dan masa depan. Menjadikan kegagalan sebagai motivasi untuk lebih sukses kedepannya. Namun tak jarang  pula yang menjadikan kegagalan sebagai akhir dari perjalanannya. Menyerah dengan keadaan. Mengubur semua asa yang pernah dibangun. Hal seperti ini merupakan pilihan terburuk dalam hidup. Dapat dipastikan, pilihan seperti ini akan menjerumuskan sipemilih  kepada jurang keterpurukan, kenistaan bahkan kehancuran pada dirinya.

Satu hal yang mesti kita ingat, sejak dari alam rahim, kita ini adalah pemenang. Kita adalah insan-insan pilihan yang sukses melewati rintangan dan berbagai ujian. Perjuangan hidup kita dimulai saat jutaan sperma berjuang untuk membuahi sel telur. Jutaan sperma berkompetisi mengarungi lautan luas demi membuahi sel telur. Dalam kompetisi itu hanya satu yang sukses. Dan itu adalah kita. Kemudian diproses menjadi embrio dan janin. Sudah selesaikah perjuangan ? Dengan menyandang status sebagai janin kita kuat bertahan dalam rahim ibu. Sebuah ruangan sangat sempit, gelap pekat dan dalam kesendirian hingga akhirnya terlahir kedunia.

Andai saat itu kita menyerah tentu kita tak akan terlahir kedunia dengan selamat. Jangankan kesuksesan namapun tak akan pernah kita miliki. Terlahir keduania bukan berarti perjalanan usai. Tantan demi tangan yang lebih berat silih berganti hadir. Mulai dari belajar berekpersi, menyampaikan pesan pada orang tua dengan bahasa yang tida mereka mengerti. Berlatih berjalan tanpa henti walaupun acapkali terjatuh. Tanpa mau berlatih dan terus berlatih untuk berjalanpun tak akan mampu. Jatuh dan luka tak membuat keinginan berlatih berhenti hingga kedua kaki ini mampu berlari.

Fase demi fase yang kita lewati dalam hidup memperlihatkan bahwa sebenarnya Tuhan selalu menggiring kita menuju kesuksesan. Namun tetap harus melewati ujian terlebih dahulu hingga kesuksesan itu diberikan. Berat ringan sebuah ujian itu tergantung dari cara hati dan pikiran kita dalam menakarnya. Bila memiliki hati dan pikiran yang lapang, tentu masalah dan ujian yang datang tidak akan menjadi penghalang. Malahan bisa menjadi penguat diri. Semankin yakin untuk terus berjuang dan mengukir prestasi. Namun kadang sebagian dari kita tak berani untuk berjuang bersungguh-sungguh. Malahan sibuk terus menerus menyalahkan orang lain dalam kegagalannya. Bahkan menyalahkan Tuhan. Menuduh Tuhan tidak adil. Padahal usaha minim. Sibuk mengkambinghitamkan dunia diluar dirinya. Tapi tak pernah mau mengasah potensi.

Bayangkan saja ketika dimasa kanak kita memiliki mental buruk seperti itu. Tidak mau belajar berjalan karena takut jatuh. Maka tentu hari ini tak akan mampu berjalan apalagi  berlari. Munkin hanya akan melakukan aktifitas dengan merangkat dan menunggu belas kasihan orang lain. Tapi dimasa kanak kita berani memilih berjuang dan berlatih  tanpa ada rasa takut. Jatuh berkali-kali tak membuat langkah berhenti. Lantas kenapa diusia dewasa nyali berani seperti itu seolah menguap dari dalam diri ? Kenapa kemauan harus merapuh ? Kenapa ketakutan dibiarkan menguasai diri ?

Sudah selayaknya pada fase dewasa ini kita harus memilih jalan untuk sukses dan menjadi pemenang. Terus saja berusaha dan berdoa. Singkirkan rasa lelah dalam berjuang. Kelola porsi rasa takut gagal dalam diri. Anggaplah dalam hidup ini kita memiliki stok sukses dan stok gagal. Maka segera habisi stok gagal ada hingga yang tersisa hanya stok kesuksesan saja. Hancurkan segala bentuk penghalang kesuksesan yang selama diciptakan sendiri.

 

Segeralah memulai perjuangan itu. Teruslah berjuang dan berjuang tanpa henti dengan tetap mengiringi perjuangan itu dengan doa. Tanamkan dalam hati dan pikiran. Sejak terlahir kedunia kita sudah hadir sebagai seorang pemenang. Sukses menjadi jawara mengalahkan jutaan kompetitor. Maka hiduplah sebagai pejuang untuk meraih kemenangan berikutnya. Terakhir salah satu pesan almarhum Pak Habibie “bahwa meraih masa depan yang cerah tidak akan didapat dengan mudah, namun dengan pengorbanan.”

Alhamdulillah, tulisan ini dimuat di koran Singgalag, Jumat/ 10 Juli 2020

Siswa Smartphone Zaman Now


Herlin Variani,S.Pd.
Guru SDN 11 Padang Sibusuk/ Pembina Assalam Kota solok
                              
Hari ini semua orang tidak ada yang tidak kenal dengan makhluk kecil yang seolah bisa mengendalikan hidup umat manusia bahkan mampu mengendalikan dunia.. Tidak hanya sekedar kenal bahkan sangat akrab dengan makhluk yang satu ini. Tua, muda,yang berpendidikan serta yang tidak berpendidikan akrab dengan makhluk mungil ini. Begitupun dengan anak-anak yang berstatus sebagai siswa atau pelajar. Apakah itu? Ya, tepat sekali. Smartphone nama kerennya. Gadget bahasa lainnya.
Smartphone sesuai dengan namanya, ia makhluk yang sangat smart dan sangat cerdas. Kecerdasan yang dimiliki simungil ini, membuat orang bisa lupa makan, lupa waktu, lupa belajar, lupa tugas-tugas sekolah, bahkan lupa dengan kehidupannya sendiri.
Kondisi ini juga terjadi di kalangan pelajar. Bukan hanya pelajar SLTA dan SLTP. Pelajar SD pun tak luput dari racun smartphone yang mematikan. Mematikan kreatifitas dan imajinasi positif pada anak sejak dini. Siswa SD cenderung keracunan game. Game-game menarik yang tersedia pada aplikasi smartphone dan yang bisa didownload secara bebas selalu menggoda jiwa anak.
 Banyak orang meninggalkan kehidupannya di dunia nyata dan berhijrah kedunia maya. Duduk bersama diruang keluarga namun kepala tertunduk dengan khusuknya, mata tak berkedip menatap layar mungil dan jari jemari menari indah di layar kaca. Hening, sunyi senyap tanpa suara. Orang tua dan sikakak sibuk dengan whatsApp nya, Si adek kecil yang masih SD juga sibuk dengan smartphone nya. Smartphone yang dipenuhi game-game penuh kekerasan dan pakaian terbuka. Pesan motifasi “try again” yang selalu muncul saat anak mengalami kekalahan membuat mereka tak pernah bosan untuk mencoba lagi.
Sikap-sikap apatis pun mulai meraja tanpa ampun. Satu sama lain tak lagi saling peduli. Semua asyik berselancar di dunia maya dengan smartphone cantiknya. Ketika seorang sahabat jatuh sakit terbaring lemas, ucapan doa-doa pun ramai berdatangan di dunia maya. Mirisnya wujud mereka tak terlihat menjenguk sisakit. Saat tetangga menemui ajalnya, ucapan berlasungkawapun membanjiri medsos-medsos sijenazah tanpa ada yang hadir dipemakamannya. Begitu mengerikannya dampak yang disebarkan oleh sicantik nan mungil bernama smartphone ini.
Dampak mengerikan smartphone zaman now tak hanya menyerang orang dewasa lain. Namun juga menyerang pelajar SD. Sibuk bermain game di smartphone  membuat anak tak mengindahkan panggilan orang tuanya. Mereka terbenam dalam keasyikannya  dengan smartphone. Panggilan teman-teman untuk bermain tak menarik perhatian anak yang telah keracunan ini. Tugas-tugas sekolah dari guru tak sempat untuk dilihat apalagi dikerjakan.
Karena keasyikan dengan game di smartphone ini sianak tidur larut malam dan bangun kesiangan. Pergi sekolah dengan mata lelah dan pikiran kusut. Mengikuti pelajaran sambil ketiduran. Kalau sudah seperti ini, maka sianak tak akan mampu diajak untuk berpikir kritis dalam belajar.
Kasih sayang orang tua kepada anak yang diwujudkan dengan cara memberikan apapun yang mereka minta termasuk pemenuhan permintaan terhadap smartphone. Ini merupakan sikap keliru orang tua yang bisa berakibat buruk terhadap anak. Pemberian smartphone pada anak kadang juga salah satu cara orang tua untuk mengelak dari tugas pokoknya sebagai orang tua. Dengan memberikan smartphone pada anak, maka sianak tak lagi merengek untuk diperhatikan oleh orang tua. Orang tua mendapat kebebasan dan tidak perlu membersamai anak secara full dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Tanpa disadari sikap orang tua yang seperti ini membahayakan kepribadian anak. Bahkan membahayakan masa depan anak.
Ketika simungil nan smart ini berada di tangan anak-anak kita, bukan anak yang mengendalikan dia, tapi sebaliknya. Anak yang dikendalikan oleh smartphone yang menfasilitasi mereka untuk bermain game, berselancar di dunia maya tanpa batas. Bertemu dengan teman-teman baru yang sejalan dengan mereka. Mendapatkan kebebasan dalam bergaul, berbicara, bersikap. Kebebasan seperti ini tak mereka dapatkan dari orang tua dan guru di dunia nyata. Ini membuat mereka semankin larut dalam kesemuan.
Pergaulan bebas, segala macam yang berbau pornografi, game yang melenakan tersaji indah mengendalikan otak dan aktifitas anak. Akibatnya perkataan orang tua tak lagi didengar. Nasehat guru tak lagi singgah dipikiran mereka. Pelajaran di sekolah serasa neraka yang penuh derita. Pergi ke sekolah hanya sebagai syarat agar mendapatkan uang jajan dari orang tua, dan paket datapun tak terputus. Pengaruh sicantik smartphone telah membuat generasi penerus muda ini autis dan terbelenggu di dunia maya. Pikiran mereka terpenjara oleh hal-hal yang tidak bermanfaat yang membuat mereka tak mampu berkembang.
Mengkonsumsi pornografi mengakibatkan kerusakan yang fatal pada otak anak. Kerusakan pada otak anak yang suka pornografi sama seperti kerusakan mobil akibat benturan keras. Pree Frontal Cortex (PFC),bagian otak alis kanan atas akan rusak ketika anak melihat pornografi. PFC merupakan pusat nilai, moral, tempat dimana merencanakan masa depan , tempat mengatur manajemen diri.
Jika PFC yang sering disebut juga sebagai dirketur yang mengarahkan kita ini sudah rusak, mau jadi apa mereka. Kerusakan otak akibat pornografi ini lebih fatal jika dibanding dengan kerusakan yang diakibatkan oleh narkoba.
Itu baru satu dampak dari fasilitas yang disediakan smartphone. Dampak game juga tidak kalah hebatnya terhadap anak. Selain menyita waktu anak, juga bisa membuat anak tak peduli dengan sesama, acuh tak acuh, apatis dan cenderung kasar. Kalau kita amati di sekolah, permainan yang penuh kekerasan yang biasa mereka mainkan pada smartphone mereka praktekkan di sekolah. Permainan yang penuh kekerasan fisik, bahkan mengakibatkan teman-teman mereka babak belurpun tak memunculkan rasa iba dihati mereka. Kekerasan yang terjadi mendapatkan respon tawa renyah dari teman-teman seusianya. Tanpa ada keinginan untuk membantu dan menghindarkan korban kekerasan dari bahaya yang mengancam hidup sikorban. Makanya sekarang tak aneh lagi kita membaca berita siswa kelas dua SD tewas ditangan teman-temannya di sekolah. Masih banyak lagi dampak-dampak racun smartphone yang akan membahayakan masa depan anak.
Karenanya guru harus mengambil perannya sebagai pendidik di sekolah. Sajikan pendidikan yang menarik dan berkarakter kepada anak. Jadilah sahabat-sahabat yang baik untuk mereka. Pengertian dan memiliki sikap menyenangkan buat sianak. Hingga mereka tidak mencari jalan lain untuk pelarian seperti smartphone. Jangan menjadi hakim yang selalu siap mengetukkan palu hukuman saat siswa punya kesalahan. Jadilah guru terbaik yang siap membangun generasi bangsa sejak dini.
 Begitu juga dengan orang tua. Jangan hanya sibuk dengan aktifitas sendiri. Sempatkan dan berikan waktu luang yang berkualitas untuk anak. Anak merupakan aset masa depan kita. Jangan gantikan peran kita sebagai orang tua dengan smartphone. Pun saat anak diizinkan menggunakan smartphone, berikan pengawasan yang ketat dan pakai batas waktu. Ikut bermain bersama mereka diusia emas ini. Jangan sampai masa kanak mereka dicuri oleh simungil smartphone yang tidak akan pernah mau bertanggung jawab atas dampak buruk yang diberikannya. Mencintai dan menyayangi anak bukan berarti memberikan apa yang mereka mau. Kebebasan yang diberikan kebebasan yang terbatas.

NB : Alhamdulillah, dimuat di koran SInggalang, 15 Desember 2017

Positive Writing


Oleh : Herlin Variani,S.Pd.


“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR.Ahmad)


Kilas balik dari beberapa tulisan sederhana yang telah disebar di media sosial, saya melihat sesuatu yang dapat ditarik sebagai bahan pelajaran. Buah pemikiran yang telah diungkapkan melalui rangkaian kata itu memiliki tema dan nuansa berbeda. Mulai dari pengalaman pribadi hingga cerita lucu saya coba torehkan. Semua itu menuai respon yang begitu variatif dari pembaca.
Ternyata cerita yang mengundang gelak tawa lebih diminati. Jumlah like pada kisah kocak menempati posisi puncak. Bahkan pesan pribadi berdatangan melalui media sosial yang saya punya. Para sahabat memberikan respon positif  dan dukungan penuh.
“Terus berkarya ya.”
“Semangat.” Kalimat motivasi itu silih berganti hadir. Pertanyaan pun memenuhi ruang pikiran.
“Apa iya, dari sekian banyak tulisan ecek-ecek saya, cuma itu yang bagus dan menarik minat pembaca?” 
***
Menulis merupakan sebuah aktifitas mengasah kekuatan berpikir agar ia semankin tajam. Dengan menulis, pemikiran akan terus berkembang. Namun satu hal yang mesti diingat, dalam menulis hendaknya kita punya sebuah prinsip yang dijadikan sebagai landasan. Hingga tulisan-tulisan yang dihasilkan lebih bermakna dan terjaga. Memiliki warna yang jelas sebagai seorang writer itu wajib.
Jika aktifitas penuangan pemikiran dalam untaian kata hanya didasarkan pada keinginan pembaca semata, maka kita akan menjadi seorang penulis yang tak tau arah. Bergerak mengikuti arah angin tanpa pegangan yang pasti. Apabila hal ini dilakukan, tentu lambat laut tingkat kreatifitas kita akan menurun. Bahkan sangat munkin ia akan hilang tanpa jejak.
Saya memiliki sebuah prinsip yang sampai hari ini masih saya anut jika ingin menulis. Hasil pemikiran yang akan dituangkan menjadi rangkaian kata nan apik harus mengandung makna kebaikan. Membawa manfaat untuk sipembaca serta diridhoi oleh Tuhan. Karena, saya yakin dan percaya bahwa apapun yang kita tulis akan dipertanggungjawabkan pada pengadilan tertinggi di hari akhir nanti.
Selain itu, setiap oretan kata yang dirangkai akan berdampak pada si penulis. Semua akan kembali padanya. Ketika kita mulai meramu kata penuh manfaat yang akan menjadi bacaan penggugah jiwa, maka persiapkan diri untuk mamanen hasil yang manis pada suatu saat nanti.
Begitu juga dengan seseorang yang memutuskan mewarnai sebuah tulisan penuh angkara murka yang akan membuat pembaca merasa sesak. Ia harus mempersiapkan mental untuk menuai hasil yang pahit pada suatu hari nanti.
Jadi, teruslah menulis. Bubuhkan bumbu-bumbu penuh manfaat pada tulisan. Agar Tuhan ridho dan kebaikan itu akan kembali pada diri sendiri.

Oretan pasca solat subuh ditemani hembusan angin dingin.
Kamis, 9 Juni 2020


NB. Ini tulisan sekai tulis ya guys. Belum dibaca ulang apalagi di edit. So, sediakan air hangat buat kamu yang mo baca. Untuk menetralisir rasa pusing yang mungkin muncul ketika tulisan ini mulai dibaca. Hehehe
Salam literasi

SERUNYA MENGIKUTI KELAS EEPK BATH 1

SERUNYA MENGIKUTI KELAS EEPK BATH 1

Oleh : Herlin Variani,S.Pd

ID - 01201 EEPK 2020

Rasa gundah menyapa. Teriakan dari ruang mimpi kian menderu. Meminta diukir dengan karya nyata. Agar hidup lebih bermakna dan abadi.

Namun himpitan aktifitas membuat asa memudar. Akankah menjadi penulis legenda hanya sebuah hayalan belaka? Prasangka mencuat. Munkinkah risau ini tak berujung?

Namun sebuah skenario kehidupan berkata lain. Langkah kaki singgah di ruang kelas emak-emak punya karya bath 1. Sebuah nama yang terlihat sederhana. Seolah tak ada yang istimewa.

Hingga pertemuan pun dimulai. Hari pertama, geliat energi posiif memenuhi ruang kelas. Motivasi dari sang mentor menjadi nadi penggerak grup itu.

Keraguan akan kemampuan sirna. Potensi melejit. Aktifitas pacu adrenalin pun dimulai. Namun penuh canda tawa. Satu persatu power peserta bermunculan. Menulis semudah bernafas begitu dirasakan. Tulisan berkualitas lahir. Hingga tak ada yang menyadari itu karya seorang ibu rumah tangga biasa.

Nyali sempat ciut. Melihat peserta mulai melahirkan buku impian. Menghilang dari grup serasa menjadi pilihan yang tepat. Namun hal itu tak dibiarkan terjadi. Tim dan peserta kelas EEPK, memberikan dorongan dan semangat luar biasa. Mereka tak rela jika ada yang tertinggal.

Tekad mereka, melahirkan karya gemilang bersama. Bukan menyelamatkan impian sendiri. Perasaan mengharu biru pun memenuhi sanubari. Semangat peserta seolah tak pernah padam. Mentor dan tim kelas EEPK setia mendampingi setiap saat. Motivasi dan evaluasi intensif berlangsung setiap hari.

Ini diluar ekspetasi. Bimbingan satu bulan intensif bukan hanya bahasa iklan semata. Lebih dari itu kami dapatkan. Kini derap langkah kian pasti. Mimpi menjadi seorang penulis best seller hadir di depan mata.

Bismillah. Bersama kelas EEPK persembahan ruag menulis Pak Cah kami bisa. Kini giliran anda


Riset Sederhana Herlin Pagi Ini

Oleh : Herlin Variani,S.Pd

 

 

Tahukah kamu bahwa perempuan mengeluarkan 20.000 kata dalam sehari? Setiap kata yang dikeluarkan, baik yang penuh hikmah atau tidak ada hikmahnya. Kata yang penuh hikmah tentu akan sangat bermanfaat. Kata penuh hikmah yang dikeluarkan melalui lisan saja, manfaatnya hanya sementara dan hanya untuk segelintir orang.

Berbeda ketika kata yang kita keluarkan itu dituangkan melalui kertas, laptop dan tulisan-tulisan lainnya. Apalagi memberanikan diri untuk menyusun rangkaian kata itu menjadi sebuah buku. maka saat itu kata yang anda keluarkan akan jauh lebih bermanfaat dan lebih abadi.

Batu nisan sekali pun tak akan mampu menghalangi pergerakan tulisan anda. Walaupun anda sudah terkubur di dalam perut bumi. Jadi jangan menunggu lagi. Mulailah menulis, buka peluang untuk berbagi hikmah hidup anda pada orang lain.

Walaupun nanti anda sudah tiada. Karena seperti yang dikatakan oleh Helvy Tiana Rosa, “ketika seseorang mulai menulis maka dia mulai memperpanjang umur nya.” Penulis pernah sampaikan juga, bahwa dengan menulis kita dapat menuju keabadian dalam hidup. Ciiaahhhh. Gaya ne. Wkwkwk

Jika ada yang mengatakan bahwa berbicara itu mudah. Namun ketika yang ada di pikiran atau yang ingin dikeluarkan dari hati dituliskan di situlah kesulitan mulai terasa. Nah coba deh, saya sebagai seorang penulis pemula memiliki beberapa trik.

Satu ketika anda merasakan sangat sakit hati dan marah sekali kepada suami, tulislah semua itu. Tulis apa saja lah itu. Kata-kata baik atau kata-kata tidak baik sekalipun. Tulis sesuka hati anda agar seluruh perasaan lepas.

Jangan lupa setelah itu Anda juga tulis seluruh kebaikannya. Setelah itu selesai, tutup buku anda dan cobalah menenangkan diri.

Itu yang pertama, lanjut yang kedua. Jika anda seorang muslim segeralah berwudhu. Ambil sajadah anda dan menghadap Allah. Persembahkan sujud indah  anda padanya. Syukuri apa yang telah anda dapatkan dari Nya selama ini.

 Lalu Anda coba membuka mushaf Al Quran dan baca. Tingkatkan ibadah anda. Perbanyak istighfar. Insya Allah beberapa saat kemudian, anda akan merasakan sensasi luar biasa. Rasa tenang akan hadir dalam diri anda. Ketika itu sudah anda dapatkan kembali, buka catatan yang pernah anda buat sebelumnya.

Ingat ya, catatan yang anda buat itu selalu berpasangan. Yang baik dan yang tidak baik. Karena Tuhan itu menciptakan segala sesuatu berpasangan. Adam dan Hawa. Bukan Adam dengan Adam. Siang dan malam. Bukan siang dengan siang tertutup awan.

Baca kembali yang anda tulis dan terus beristighfar. Poles tulisan itu. Jangan dihapus. Berikan seluruh tulisan anda itu pesan penuh hikmah. Hiasi dia dengan bahasa yang enak untuk dibaca.

Bubuhkan hikmah yang dapat dipakai dan dimanfaatkan oleh orang lain. Karena Siapapun yang membaca tulisan anda, mereka lebih menyukai bacaan-bacaan yang sangat menginspirasi dan membuat jiwa tenang. Bukan tulisan yang membuat hati panas

Apa berikutnya? Emang yang 2 itu sudah anda lakukan? Udah belum nih? Nah, tutup lagi buku/ laptopnya. Keesokannya, poles lagi. Tapi, tetap dengan kondisi jiwa dan hati yang stabil. Ruh yang tenang yang penuh dengan kekuatan iman.

Lakukanlah itu setiap saat. Melakukan pemolesan dan perapihan. Praktekkan dan perhatikan dalam waktu sebulan. Tanpa sadar, anda telah membuat bahan untuk sebuah buku. Maka insya Allah buku catatan perjalanan hidup anda akan selesai. Akan banyak orang yang bisa meraih hikmah dari tulisan Anda.

Setidaknya orang yang membaca pesan anda akan berpikir. Jangan hanya kemarahan dan kekurangan suami yang terlihat Tapi lihatlah nikmat Allah yang terbentang. Ketika anda dipertemukan dengan dia oleh Allah

Apabila ada yang berkata, ah susah menulis dikala sakit hati. Akan membuatnya semakin runyam. Oke baiklah, apakah anda memiliki gadget? Saya rasa anda punya. Karena hari ini semua orang memiliki gadget termasuk anak TK.

Bahkan sulit sekalipun perekonomian, gadget tetap punya. Baik, ambil gadget anda, buka kotak pesan atau whatsup. Di sana anda buat grup dengan nama anda dan teman anda. Lalu nama teman anda keluarkan dari grup.

Mulailah membuat pesan di sana. Tekan spasi dalam beberapa detik. Tahan sejenak, mulailah anda berbicara. Apa pun yang anda bicarakan, akan ditulis oleh sang gadget. Itulah kecanggihan gadget hari ini.

Anda ungkapkan semuanya disana. Walaupun tulisan yang akan muncul tanpa tanda baca. Tidak masalah. Nanti setelah anda baca semuanya, diedit kembali.

Nah selamat mempraktekkan. Jika masih tidak bisa, terserah aja lah. Selamat dikalahkan oleh nenek Toyo Shibata.

Selamat dikalahkan oleh Stephen King, oleh dokter Seus, oleh Joanna penn. Siapa lagi? Masih banyak penulis penulis yang lain. Kalau kita ber alasan ini itu juga berarti memang kita yang tidak mau.

==================================================

710 karakter diatas, tulisan yang dibantu oleh gadget. Cukup cuap2 aja. Waktu yang dibutuhkan sangat singkat. Belum dipoles. Cuman ditambahin tanda baca dan atur paragraf. Selamat mencoba, bagi yang bersedia melakukan.

Jika ada yang bertanya, kenapa contohnya suami?

1.  Suami orang terdekat kita. Lebih mudah menulis tentang itu

2.  Saya banyak melihat, istri kerap lupa hal positif tentang suami

ð  Seolah semua yang positif hanya milik istri, kekuranga milik suami aja (kesimpulan polos yang dibuat, hasil pengamatan dari curhatan teman2 dan ortu siswa.wkwkwk

Oretan dari Ruang Mimpi, 18 Juli 2020 


Nenek Toyo Shibata

NENEK TOYO SHIBATA

Oleh : Herlin Variani,S.Pd

 

 

What? Menulis? Are you serious?" Pertanyaan penuh cemooh di sebuah kantor itu diiringi suara tawa yang begitu riuh.

"Situ aja yang masih muda dan sehat. Kami dah tua dan sakit-sakitan." Imbuh yang lain. Tak ayal, suara gelak tawa semankin pecah dan terus bersahut-sahutan.

***

Pernah melihat kejadian seperti ini? Atau pernah merasakannya langsung? Benarkah menulis itu sulit? Kemampuan yang hanya dimiliki oleh pemuda saja? Atau oleh orang yang sehat saja? Apakah kemampuan menulis hanya milik manusia tertentu saja?

Mari kita coba kupas satu persatu tentang beberapa penulis yang melegenda berikut ini.

Toyo Shibata. Itu namanya. Munkin tak banyak yang kenal, bagi yang malas membaca. Ia seorang penulis puisi dari Jepang. Beliau seorang pensiunan yang mulai menulis ketika usia sudah menginjak sembilan puluh dua tahun. Saat berumur sembilan puluh delapan tahun, buku pun mulai disusun.

Ketika memasuki tahun ke sembilan sembilan dalam kehidupannya, antalogi pertamanya yang berjudul kujikenaide diterbitkan. Dalam bahasa Inggris Don’t Lose Heart, atau sebagian menerjemahkan dengan Don’t Be Frustated.

 Angka penjualan sangat fantastis, yaitu 1,58 juta eksemplar. Otomatis gelar penulis best seller diraih pada tahun 2010 oleh seorang nenek, yang kalau di negeri kita itu sudah masuk kategori usia sangat uzur.

Beliau menunjukkan pada dunia, usia tak jadi penghalang untuk melahirkan karya.

Beliau tutup usia pada umur seratus satu tahun. Namun karyanya masih dinikmati banyak orang sampai hari ini. Berapa umurmu sekarang sahabat?

Kita coba lirik tokoh lain. Dahlan Iskan. Itu nama yang penulis pilih berikutnya. Salah satu putra bangsa Indonesia yang pernah menjabat sebagai seorang menteri di negeri ini.

Beliau juga sangat suka merangkai kata penuh makna. Salah satu karya beliau berjudul "Ganti hati". Sekilas, dua kata itu terlihat mengerikan. Topik ganti hati, bukan sekadar majas sebagi penarik mata yang melihat. Namun itu memiliki makna sesungguhnya.

Kapan itu ditulis? Saat beliau sakit. Tapi bukan sakit flu biasa. Melainkan harus menjalani operasi pengangkatan dan proses transplantasi hati. Itu bukan penyakit ringan kawan. Namun beliau mampu melahirkan sebuah karya dalam kondisi yang jauh dari kata sehat itu.

Ternyata sakit tak menghalangi anak manusia untuk berkarya

Percayakah sahabat? Ada penulis yang mampu melahirkan karya walaupun tak punya tangan dan kaki? Siapa dia?

Cari sendiri ya, penulis membuat tulisan ini saat berada di atas bus dalam perjalanan pulang ke rumah dari tempat kerja. Alhamdulillah sekarang sudah hampir sampai, jadi kapan-kapan dilanjutkan lagi.

Satu pesan untuk kita semua, teruslah menulis untuk keabadian. Berikan hadiah pada diri sendiri dengan melahirkan karya. Munkin menurut kita, oretan yang dilahirkan tidak bermakna. Namun bisa jadi itu berdaya dobrak besar untuk pembaca.

Satu tujuan terbaik agar semangat menulis terjaga adalah untuk ibadah. Menebar manfaat untuk orang banyak.

Mampu menulis karena ada kemauan dan banyak latihan. Bukan karena anda luar biasa.

Key...See you next time. Saling mendoakan ya guys. Semangat selalu untuk melahirkan karya. Kita layak untuk itu.